Ya …saya manusia biasa yang benar-benar biasa ini (mulai) kembali lagi. Tetapi seperti biasa, tulisan ini hanyalah sekedar kebiasaan yang biasa dan memang biasa-biasa saja adanya. Jadi saya harap rekan-rekan untuk bisa membiasakan diri dengan bahasa-bahasa dan pesan-pesan saya yang selalu biasa-biasa saja ini … 😉
****************************************
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
Hayo…jangan-jangan sudah banyak yang lupa dengan kalimat di atas? Ayo ngaku! Yupzx…kalimat di atas merupakan bunyi pasal 28 UUD 1945 yang saya kopi pais secara utuh dari sini. Lho, memang ada hubungannya antara pasal 28 UUD 1945 tsb dengan matematika? Hohoho…tentu saja ada, walau dipaksakan dengan amat sangat (seperti biasanya)
Begini…langsung saja ya… Apa yang saya maksudkan dengan matematika dan demokrasi adalah berkaitan dengan konsep modulo dalam matematika. Maaf, mungkin sebaiknya saya awali dengan mengingatkan kembali apa yang dimaksud dengan modulo. Saya lebih akan memakai contoh untuk mengingatkan apa yang dimaksud dengan modulo. Dan saya harap pemakaian contoh tsb akan mempermudah kita untuk mengingat kembali apa itu modulo.
***Mari kita mengingat lagi sahabat lama yang bernama modulo***
Modulo sangat berkaitan dengan konsep pembagian karena secara gampangnya modulo bisa kita katakan sebagai “sisa pembagian”. Jadi semua bilangan dalam suatu modulo akan merupakan bilangan bulat. Contoh: Kita akan memakai modulo 5 sehingga bilangan-bilangan yang diijinkan untuk “masuk” di modulo 5 adalah {0,1,2,3,4}. Kenapa 5 sendiri dilarang “masuk” anggota kumpulan bilangan tsb? Jawabannya cukup simpel karena 5 itu habis dibagi 5, jadi 5:5 akan memberikan sisa pembagian 0. Jadi berapa pun bilangan (di modulo 10 yang kita kenal) akan berakhir menjadi di antara bilangan 0 atau 1 atau 2 atau 3 atau 4…tidak ada pilihan lain pokoknya. Sudah ingat belum? Kalau masih belum ingat dengan modulo maka mari kita lihat contoh-contoh berikut.
Akan menjadi berapakah 16 di modulo 5?
Pertama kita bagi 16 dengan 5, yaitu 3 dengan sisa 1, nach 1 itulah yang kita pakai. Jadi 16 ekuivalen dengan 1 (mod 5). Cara yang sama tsb juga kita terapkan pada bilangan2 lain, misal 17 –> 2(mod 5); 33 –> 3 (mod 5); 64 –> 4 (mod 5); 40 –> 0 (mod 5); 19087654032106 –> 1 (mod 5); 9999223324433554507 –> 2 (mod 5) dan lain-lain. Semoga contoh-contoh tsb cukup untuk mengingatkan kita semua pada makhluk bernama modulo itu. Kalau begitu, marilah kita bersama-sama melanjutkan acara kali ini.
****Ketika matematika berdemokrasi ****
Apakah kaitan antara modulo dan pasal 28 UUD 1945? Jawaban saya sederhana saja, yaitu yang pertama adalah “berserikat dan berkumpul” dan yang kedua adalah “diatur dengan undang-undang”. Mari kita amati satu per satu.
- Berserikat dan berkumpul
Yupzx…berdasarkan urutan pada bunyi pasal 28 UUD 1945 tsb maka adanya suatu “serikat dan perkumpulan” merupakan kemiripan (keterkaitan?) pertama antara modulo dan pasal 28 UUD 1945.
- Pasal 28 UUD 1945
- Modulo
Jika pada pasal 28 UUD 1945 yang dimaksud dengan “berserikat dan berkumpul” adalah (mungkin sebagai contoh) adanya berbagai macam bentuk dan ukuran organisasi, baik dari tingkat Karang Taruna sampai dengan yang namanya partai politik
yang sering mengobral janji tanpa bukti. Biasanya berdirinya suatu organisasi berangkat dari adanya kesamaan visi dan misi yang kemudian di-jlentréhkan a.k.a dijabarkan menjadi bentuk program-program dkk. Inti dari organisasi adalah berserikat dan berkumpul (yang secara idealnya) dengan bertujuan untuk memperjuangkan misi yang sama tsb.Lalu bagaimana dengan modulo? Tidak berbeda jauh kok 😉
Inti dari modulo juga adanya suatu perserikatan dimana bilangan-bilangan yang memiliki “karakter” sejenis akan dikelompokkan dalam satu serikat yang sama. Misalnya bilangan 21, 26 dan 1006 akan dikelompokkan dalam satu oraganisasi yang bernama 1 (mod 5). Begitu juga bilangan-bilangan 33, 48 dan 99903 juga tetap akan dikelompokkan dalam organisasi yang lain, yaitu partai 3 (mod 5). Lalu apa sebenarnya kesamaan visi dan misi dalam konteks bilangan tsb yang melandasi berdirinya suatu “partai” atau “organisasi” bernama **(mod 5)? Kesamaan “visi dan misi” yang dimiliki oleh 21, 26 dan 1006 adalah semuanya sama-sama memiliki sisa 1 jika dibagi dengan 5. Begitu juga 33, 48 dan 99903 yang memiliki “visi dan misi” berupa sama-sama bersisa 3 jika dibagi dengan 5.
- Diatur dengan undang-undang.
Kesamaan yang kedua antara pasal 28 UUD 1945 dengan matematika adalah adanya suatu pengaturan oleh undang-undang.
- Pasal 28 UUD 1945
- Modulo
Kata-kata “diatur dengan undang-undang” dalam konteks ini sepertinya lumayan jelas. Sama-sama kita ketahui kalau kebebasan dalam berserikat dan berkumpul pun tetap harus bisa dipertanggungjawabkan terutama kepada negara (pemerintah?), semua tetap ada aturannya. Sepertinya tidak peduli dengan pertanggungjawaban kepada rakyat…pokoknya selama negara (pemerintah?) OK ya tidak apa-apa … Berorganisasi itu:
Jangan memuat suatu upaya subversif terhadappejabat pemerintah(bangsa dan) negara
Jangan melakukan tindakan korupsikalau tidak bagi-bagi
Jangan ngelantur…upppsss kalau “jangan” yang ini untuk saya yang sudah ngelantur.Mengenai “diatur dengan undang-undang” dalam modulo secara tidak langsung sudah kita bahas di awal ketika kita sama-sama mengingat kembali tentang modulo. Undang-undang dalam modulo itu berupa pemilihan bilangan sebagai basis modulo. “Undang-undang” pada contoh yang sudah kita pakai adalah “undang-undang” 5. Dan peraturan dari undang-undang tsb adalah semua bilangan harus dibagi 5 dan sisa pembagian harus masuk menjadi anggota salah satu “partai”… that’s the rule!!
Tapi …
Bagaimanapun juga tetap ada perbedaan antara pasal 28 UUD 1945 dengan sistem modulo tsb, yaitu tentang keberadaan “kebebasan”. Dalam pasal 28 UUD 1945, berserikat dan berkumpul tsb merupakan suatu kebebasan bagi setiap warga negara (dengan diatur undang-undang). Sedangkan pada sistem modulo semua “warga negara” diwajibkan untuk berserikat dan berkumpul karena pada sistem modulo tsb setiap bilangan (di modulo lain) pasti akan memiliki pasangan di modulo 5 (misalnya).
Apakah kewajiban untuk berserikat dalam modulo itu jelek? Tidak …
Sebagai contoh adalah sistem modulo seperti yang sudah kita bahas.
Sistem modulo tertentu banyak membantu pemecahan masalah (khususnya dalam mencari solusi dari polinomial) yang tidak bisa diselesaikan dalam sistem modulo yang lain. Jadi penerapan modulo itu memudahkan dalam mengatur.
Lalu bagaimana dengan konteks demokrasi di dunia nyata?
Dengan menganalogikan secara kasar terhadap modulo maka kira-kira dalam konteks kehidupan demokrasi yang nyata juga tidak akan jauh berbeda karena dengan adanya organisasi dan partai maka (secara idealnya) diharapkan kepentingan dan kebutuhan warga negara lebih bisa diorganisir dan diakomodir. Walau tidak bisa dipungkiri juga kalau kedok demokrasi tsb akan berakhir pada suatu bentuk penjajahan gaya baru. Tapi namanya juga usaha … masak mau kalah sebelum bertanding sich?
Jadi ….
Jika bilangan-bilangan pun memiliki “kesadaran” walau dalam keterpaksaan untuk bergabung bersama mewujudkan “visi-visi” mereka dalam bentuk modulo. Masak kita sebagai penemu bilangan malahan kalah sama bilangan?
Bagaimana pun juga kita semua memiliki misi dan visi demi kebaikan bangsa dan negara kita tercinta ini, jadi marilah kita wujudkan bangsa dan negara yang lebih baik. Akankah “diam” itu tetap menjadi emas?Jika diam mengandung sejuta makna, maka makna apa sajakah yang terkandung dalam diam kita itu?Akankah kita kubur dalam-dalam semua “makna” yang terpendam dalam diam kita itu? Tapi jika memang diam itu benar-benar emas, maka bagaimanapun juga kita harus siap bertanggung jawab dan menerima resiko akan emas-emas itu.
Jika memang tidak suka, katakanlah tidak!!
PS:
Tidak ada niat untuk kampanye lho.
Lha partai blog saja belum dibentuk, masak saya sudah jadi juru kampanye
Tulisan ini adalah lahir secara prematur dari rahim pikiran yang lemah. Tulisan ini hanya lahir karena perasaan tidak tahan untuk lahir kembali dan melihat terangnya dunia ini
Maaf kalau tulisan tetap carut marut. Maklum otak juga sedang dan semakin carut marut karena banyaknya kesibukan didalamnya 😦
blokir pertaminaaaaxxx!!!
pulang ah… bye kang deking. mwah. xixixixixi
ckckkckckck mesranya orang dua diatas
pie tho?*agak bolot klo tentang matematik*
pak deKing… migren lansung tambah parah iks baca politik + matematik
😆
*ikut arya lagi dah*
maap kalo nyampah…. 😀
tapi jadi inget terminologi orde baru dulu
OTB aka Organisasi Tanpa Bentuk
itu termasuk serikat bukan ya?
Masalah-nya kebanyakan dari kita kan baru “bangun tidur”, dan lebih sial-nya lagi untuk tujuan yang bagus, matematika di-otak kita seperti kabur atau sengaja di-kabur-kan. Tapi giliran tujuan yang buruk seperti mem-perhitung-kan keuntungan yang bakal kita dapat di-atas penderitaan orang lain, otak Einstein aja kalah ama kita 😉
dalam konteks ini kayaknya enggak deh. tapi jadi ingat jaman orde baru dimana banyak mahasiswa yang mencoba menyuarakan pendapat, tapi malah hilang satu persatu. seandainya diam adalah emas, saya ndak nge-blog ajah biar dapet emas.
ah….maafkan komen saya yang ngelantur, bang. maklum…lagi sakit… 😐
*nelen norit sepuluh biji*
mau nanya pak..
yang itu bener tuh ?
19087654032106 >> bukannya 1 (mod 5)
9999223324433554507 –> 2 (mod 5)
kok bisa jadi 6 ama 7 .. . gimana seh cara pengitungannya ?
lohaaa…I’m a new comer…
ehm….blognya bagus..headernya juga…
tp jgn ngebahas yang ribet en ngejelimet otak donk…
kasian yg ga ngerti (ky aku) he he
Ato mungkin saya yang salah yack.. di kalkulator saya ngga ada mod nya. . kaya gini nich.. contoh yang tergabung dalam satu partai tapi salah mengerti visi dan misi nya :d
@dizzie
wah , klo mengharapkan pembahasan yang ga rumit.. kayaknay salah tempat deh. . . 😀
yang punya blg otaknya berisi rumus2 semua
seperti biasanya, jenius. 😀
Nggak nyangka mate matika bisa jadi asyik gini.
wah….saya juga jadi puyeng klo ketemu matematika, apalagi klo di tambah kenegaraan lier..lier…
*daftar jadi anggota partai blog endonesia *
matematika sih kegemaran, meski nilainya segitu-gitunya.
*kegemaran tewas maksudnya*
berat berat beraaaaaaaaaaaaaaaaattttttttttttttt!!!!!
mbok sekali2 refreshing gitu pak
17
18
19
*mumet ra paham mas*
Special tanggapan untuk Saudara Funkshit dulu (karena sedang pakai HP):
Hahaha Anda benar.Saya salah karena kurang knsentrasi,maklum hampir 24jam tdk tidur krn mengejar deadline dan ide tulisan ini muncul spontan so langsung nulis tnp sempat cek ulang
Pdhl di atas sdh sy sebutkn kalau modulo 5 hny mengijinkn bilangan2 {0,1,2,3,4}.Lha kok bisa2nya saya menulis 6(mod 5) dan 7(mod 5) hehe benar2 konyol
*sambil nepuk jidat*
Terima kasih atas koreksinya.Serius saya senang dengan komentar tsb,Anda benar2 teliti.Sekali lg terima kasih
wah, gue mendingan baca manga bleach aja deh. Pusing-pusing amat yah mikirnya.
benar-benar postingan yang memati-matikan
*mulai berpikir menuntut deking karena telah merugikan secara materil (jatah dari speedy berkurang banyak)dan imateril (pala mumet) *
hadoh…. berdemokrasi aja dihubungi sama matematika .hehe….. cerdas sekali pak deking ini .
sampeyan emang manusia biasa sekali mas.
pencarian google dg katakunci “manusia biasa” mendudukan sampeyan pada urutan kedua setelah lagunya Radja. Lagu yang didedikasikan untuk sampeyan yang berjudul sama dengan tagline blog sampeyan = manusia biasa.
hehe… jadi inget pelajaran sistem digital…
ada biner, decimal, oktal dan hexa dan rule yg berlalu lalulintas antar biner, oktal dan hexa harus selalu melalui decimal…
jdi klo ada bilangan 124(8) ………………(2) maka kudu diubah dulu ke (10)
duh malah pusing… ya pokoknya saat pembagian ada hasil biner (0 dan 1)
wess ahh mumet.. tidur dolo…
nah, tumben ini lebih mudah drpd biasanya.
Lha bilangan kan ga pake unsur subyektifitas tho, Pak De. Manusia
biasasulit lah..[…] kok malah kayaknya njlimet? klo iya silahkan hubungi pakdeKing […]
Waduh hitungan pakai modulo-nya kok maih agak sulit saya pahami, ya, Pak, hehehe *Dasar telmi sih* Wah, kalau kampanye demokrasi tuh nggak ada hubungannya dengan partai politik. Bukankah hak untuk bebas berserikat dan berkumpul itu *halah* juga bagian dari demokrasi juga.
“Diam itu Emas”! Idiom ini agaknya tak berlaku lagi sejak pragmatik “memproklamirkan” dirinya sebagai cabang linguistik *hala sok ngilmiah nih* yang mengungkap tentang makna tindak tutur. Berbicara itu pada dasarnya juga bertindak (beraksi). Bedanya dengan memukul, menendang, atau berlari hanya pada organ yang digunakan. Lagi pula, kalau orang sedunia nggak ngomong, 😆 bisakah ilmu pengetahuan berkembang?
*Lagi belajar ngomong dan nulis*
*Nggak mau hetrix, ah!*
saya ndak suka kalo situ ngingetin betapa lemahnya saya dalam bermatematika
tulisan yg keren, bro!!
Tanya-tanya *acungkan jari*
apakah dengan modulo seseorang bisa jadi pengikut multi partai pak?
misal angka 33:
ikut partai 1 (mod2), 1 (mod4), 3 (mod5), 3 (mod6), 5 (mod7) dst……
wah kalau di dunia nyata saya sulit sekali membayangkannya 😛
*pusing mikirnya*
ternyata bisa di hubungkan yah bung?
ngakak baca komeng #24
@Arya n Almascatie
No comment
@Stey:
Hehehehe
@Itikkecil:
Kalau menurut saya OTB itu ya trmasuk serikat jika mengingat pada definisi serikat itu sendiri. Intinya berkumpul kan 😉
@Extremusmilitis:
Wakakakaka karena setan ikut menyumbangkan ide dan pikirannya ketika kita akan melakukan tujuan buruk
@cK:
Melihat ke belakang memang bagus untuk melakukan koreksi diri…tapi jika melihat ke belakang hanya akan menghambat langkah ke depan kita maka sebaiknya jangan melihat ke belakang. Kapan bisa maju jika terus2an trauma 😀
Oooo…ternyata selama ini cK ngeblog sambil teriak2 ya
@Funkshit:
Sudah saya tanggapi pada komentar nomor 20. Terima kasih atas koreksinya dan mohon maaf atas ketidaknyamanan yang ada 😉
@Dizzie:
Aduch njelimet ya? Maaf … 😀
@Danalingga:
Ehhh asyik ya? Semoga tidak membuat jera untuk singgah ke gubuk saya ini
@Bli Baliazura:
Partai blog Indonesia? Gimana kalau Bli yang jadi ketua-nya? 😀
@Vino:
Tewas kok digemari
@Superkecil:
Lha ini sudah refreshing pribadi dari kesibukan sehari2 jé 😀
@Anas:
Saya juga mumet kok Mas Anas 😀
@Iwan Awaludin:
Manga bleach? Apa ya itu? 😀
@Ordinary:
Eh Bu satpam datang kekekeke
@Bachtiar:
Terima kasih Mas Bach…
Seperti kata2 pepatah “ada banyak jalan menuju Roma”
Begitu juga dengan demokrasi…ada banyak jalan yang bisa ditempuh menuju demokrasi
@Antobilang:
Aduch ternyata Mas Anto gugling nama saya ya?
kurang kerjaan banget?Terima kasih…jadi malu nich
@Dobelden:
Hahahaha mengenai konversi yang bertahap itu sepertinya sudah terjadi di dunia nyata dimana sering kita temui birokrasi yang berantai 😀
@COTS:
Hehehehe iya ya. Bagaimana supaya manusia bisa mengendalikan unsur subyektifitasnya ya?
*jadi mikir*
@Sawali Tuhusetya:
Iya sich Pak, cuma takut sudah dianggap sebagai “corong” pemerintah atau bahkan partai
Sepertinya kalau hal tsb dibahas di blog Pak Sawali akan menarik sekali lho Pak…serius lho Pak
Saya tunggu pelajaran tentang linguistik 😉
@Caplang:
Thanx…
BTW maaf kalau saya sudah salah mengingatkan bro 😀
@Mardun:
Mmmm pertanyaan yang bagus …
*sambil angkat jempol*
Begini bro…
Kalau kita runut kembali cerita saya di atas maka hal tsb tidak bisa. Kenapa?
Karena yang dimaksud partai dalam satu negara adalah bilangan2 yang berbeda tapi masih dalam 1 modulo
Misal.. 1(mod 5), 2(mod 5) dst… mereka2 tsb adalah “partai2” dalam “negara” modulo 5
Jadi kalau 1 (mod 5), 2(mod 7) dan bilangan2 lain yg beda modulo maka mereka tsb tidak berdiri pada satu “negara” yang sama karena mereka sudah diatur oleh undang-undang (dasar) yang berbeda, yaitu UU(D) mod 5, UU(D) mod 7 dll …
Begitu kira2 😀
@Grak:
@Arya:
Lagi-lagi…. no comment
*tendang Arya ke sampai Stadion mini Purwokerto*
saya hitung ada 9 kata “biasa” di postingan ini..
*itung kilat*
Astagfirullah!!! Math again… Math again… Dipaksa belajar terus pas masuk ini blog. *nangis di pojokan*
Menarik mas Deking…
Coba aja pejabat2, pimpinan2 partai politik yang berkuasa di negeri ini terlebih dulu harus bersertifikasi modulo. Pasti negeri ini akan menjadi lebih baik, aman tentrem, gemah ripah loh jinawi… he he, karena para pemimpinnya menjadi adil n bijaksana semua. Melaksanakan tugasnya masing2 sesuai porsi dan tanggung jawabnya.. semoga!
itung-itungan lagi dah..
kaga kawin kaga politik….
ngitung bae…..
perpaduan njlimet dan njlimet
bisa aja. ngitungnya pakai kalkulator ga?
@deking
hooo.. berarti bisa merangkap antar negara ya…
*membuka berita-berita lama*
kok rasanya familiar ya? 😀
Waduhh… matematika. Udah lama banget g ngutak-ngatik rumus rumit, sekarang g tau masih bisa lagi g ya saya???
*Bletak!!! Pingsan dulu karena pusing, kemudian setelah sadar:*
“sayangnya, harapan itu belum tercapai barangkali ya paman?? Karena yang terorganisir dan tercapai malah kepentingan partai. Seandainya 5 itu bukan aturan, melainkan partai, artinya
mungkinkepentingan 5 itulah yang tercapai, yakni ada teman untuk memenuhi pembagiansuara”“Deuh ga ngerti, kalah sama bilangan?? Maksudnya apa?? 😀 “
“Apakah berarti diam ini seperti 5?? Yang diam saat bertemu dirinya sendiri? Dan memendam beberapa makna saat bertemu bilangan lain?? Kemudian mana yang emas paman?? Saat 1 atau katakanlah yang paling maksimal
berapa sih maksimal dari modulo 5?9mungkin ya??? Untuk menentukan mana yang emas, apakah menggunakan pecahan?? 1/5 atau 4/5?? Kemudian kalo dalam dunia nyata, apakah ini berarti juga pecahan dari partai? Partai sempalan atau golput?? Wah nah kalo pecah berarti visi dan misi menjadi buyar dong??”*dezigghh : pusing sendiri saya *
WAH, jenius sekali. Salut. Benar tu diam tidak selamanya emas. Diam juga bisa mengakibatkan bencana berikutnya.
Geleng2…
Mumet….
Bentar ya, pak, saya ambil kalkulator sama kertas buram dolo.. 😀
*jinjit-jinjit, kaboor*
Wah , otak carut marut aja bisa menghasilkan posting bagus. apaliagi kalau otaknya lagi jreng….encer. gak bisa mbayangin deh pak.
kayaknya dulu di pelajaran mat g ada tg modulo deh… Kira-kira itu di kelas berapa ya? (sambil ngingat-ingat)
*migren
Ternyata pak Deking ini Pancasilais juga…
Jadi teringat dengan butir-butir pancasila waktu SD dulu, enakan ngapalin dari nerapinnya …
Pak, masalah pancasila yg bakal dijadikan asas tunggal [lagi] ada penjelasan matematisnya gak ? Melanggar demokrasi gak tu…
He he, gmana ya kalo politik di matematika kan ?
hehehe komen di atas itu cuman bercanda kok, bro
*biar yg laen nyariin*
Hiyahahh… masuk kloter 53…
Kang Deking, jadi begitukah kalimat pun berdemokrasi. Kang deKing maksudnya mau mengatakan yaa kalau Indonesia itu mendapat penghargaan demokrasi terbaik selama ini. Di negara yang demikian carut-marut namun di Luar negeri negara ini bagus demokrasinya.
Ternyata, secara filosofi matematik benar juga kalau demokrasi adalah kata maupun bilangan saling berkumpul dan berserikat. So, apakah masih ada yang anti demokrasi tapi justru demo-Crash????
Kepada:
Yth. Rekan-rekan semua,
Dengan hormat,
Dengan ini saya, deKing, menyampaikan permohonan maaf atas belum bisanya saya menanggapi komentar-komentar yang ada.
Insya Alloh jika waktu memang memungkinkan (maaf masih agak
soksibuk), maka saya akan segera memberi tanggapan ala kadarnya atas segala macam bentuk perhatian rekan-rekan semua.Untuk saat ini (karena kesibukan saya), maka saya memilih untuk mem-publish tulisan yang ada. Bukannya saya lebih mementingkan mem-publish tulisan daripada menanggapi komentar. Sama sekali bukan karena bagi saya komentar seringkali lebih asyik dari isi tulisan karena dari komentar kita bisa berdiskusi dan saling berbagi lebih lanjut.
Tetapi karena keterbatasan (waktu) saya saat ini maka saya terpaksa memilih untuk lebih dulu membagi apa yang ada dalam kepala saya.
Sekali lagi, insya Alloh, saya akan menanggapi komentar-komentar rekan-rekan semua.
Demikian permohonan maaf saya. Terima kasih dan sekali lagi maaf.
salam persaudaraan,
deKing
*baca ulang komentar ini….*
*busyet … resmi sekali ya?*
*ya sudahlah…sudah terlanjur ngetik *
saya suka matematika, cuma sayangnya terlalu banyak angka dimatematika.. 😛
hadohh..saya baru baca blog ini langsung migren..ntar deh baca lagi..nggak bisa disambi kerja bacanya..hehe..
salam kenal mas 😀
[…] Rabu, Desember 5, 2007 oleh deking Salam semuanya … Perkenankanlah saya untuk kembali menulis lagi dan sekarang saya ingin kembali membual tentang matematika dan kehidupan, yang sepertinya tulisan saya saat ini bisa saja dikaitkan dengan tulisan saya yang ini. […]
aduh,sudah terbukti ternyata..otak saya emang dodol kalo baca yang beginian,,hahaha 😀
maafkan karna mengorek2 file lama, cuma mo ngejar pelajaran yang tertinggal biar bisa berada di **(mod 5) jadi bisa berserikat dan berkumpul dan kalau saya tidak salah biar habis di bagi 5. huhuhuhu kalau salah yah maap namanya juga anak baru pindah (oh saya saya tidak ngerti knapa masuk kelas ini padahal saya anak IPS huhuhuhuhu)
sangat menarik sekali bahasan tentang konsep modulo ini..
memberi pencerahan bahwasannya matematika ternyata gak jauh dari kehidupan nyata…
setelah membaca artikel tsb, saya jadi berfikir, bukankah konsep pemilihan presiden tiap 5 tahun sekali juga mengacu pada konsep modulo?
Bener gak pak deking…
saya ingat teori grup dalam aljabar, bisa gak ya konsep grup juga diterapkan dalam sistem pemilihan presiden di indonesia?
sekarang kan capres harus dari parpol (calon independen belum boleh neh…), jadi bersifat tertutup, persis sifat grup…
cuma untuk inversnya apa ya pak…
karena di indonesia kan calonnya banyak tuh…
Kalo di amrik yang cuma dua calon, lawan bisa kita anggap sebagai invers kan…
lha di indonesia, meski kapasitas pribadi terbatas, asal dicalonkan partai, bisa aja jd capres…
trus identitasnya apa ya pak?
tolong dibahas ya
pasti akan menarik ttg konsep modulo dan grup aljabar dalam sistem pemilihan presiden di indonesia
ditunggu artikelnya pak deking…
wassalam
KAU BENER2 SUKA MATEMATIKA YA?^^
@comment 7
Jika bilangan-bilangan pun memiliki “kesadaran” walau dalam keterpaksaan untuk bergabung bersama mewujudkan “visi-visi” mereka dalam bentuk modulo. Masak kita sebagai penemu bilangan malahan kalah sama bilangan?
Masalah-nya kebanyakan dari kita kan baru “bangun tidur”, dan lebih sial-nya lagi untuk tujuan yang bagus, matematika di-otak kita seperti kabur atau sengaja di-kabur-kan. Tapi giliran tujuan yang buruk seperti mem-perhitung-kan keuntungan yang bakal kita dapat di-atas penderitaan orang lain, otak Einstein aja kalah ama kita
WAH, UNTUNG PENEMU BILANGAN BUKAN SAYA…..!!!!
*KABURRRRRRRR*
halo ariyadi…,
menarik juga tulisannya…
kebetulan di pemrograman juga ada perintah mod (modulo) yg sama dengan matematika pada prinsipnya.
cuma, kalo’ di matematika itu 16 di modulo 5 hasilnya 1,
kalo’ dibalik jadi 5 dimodulo 16 hasilnya berapa ya?
nb: di pemrograman 16 mod 5 = 1
5 mod 16 = 5
thanks sharingnya
kalo bilangan bulat memang bisa berserikat dan berkumpu,,
nah bagaimana dengan bilangan kontinu bro? jika mereka mau berserikat maka harus dengan aturan (atau dalam matematik ‘definisi’) lain… hehehe…
nah mungkin spt itu juga pada kita, tidak semua dari kita akan bisa/sanggup berserikat pada suatu partai, namun bisa membentuk kelompok lain yang ‘sesuai’ dengan karakteristik kita masing2…
maap sok tau… :p
gimana ya biar suka matematika?
tulisan mas bagus2 ya….
suatu waqktu izin ya mas aku pajang tulisan mas…
…have fun
Nice article…
Indonesia Page – All About Indonesia
Makasih atas infonya, TakeOnePicture.
wah saya kurang tau soal ppkn ha ha ha haah