Maaf bagi yang tidak mengetahui huruf Jawa tidak usah paranoid dulu ya karena inti tulisan ini bukan huruf Jawa itu sendiri, tetapi lebih ke masalah makna kehidupan. Anda tidak begitu membutuhkan kemampuan dan/atau pengetahuan tentang huruf Jawa kok, yang penting membacanya pelan dan jangan terpaku pada huruf Jawa-nya. Fokuslah pada penjelasannya.
(Informasi ini saya tambahkan untuk mengajak teman-teman yang tidak tahu huruf Jawa untuk tidak takut membaca )
Setelah mengetahui sedikit tentang sejarah huruf Jawa maka mari kita sedikit mengupas beberapa makna filosofis dari huruf Jawa tersebut. Ada begitu banyak makna secara filosofis dari huruf Jawa tersebut dan makna filososfis tsb bersifat cukup general alias tidak hanya untuk orang Jawa saja lho. Ada beberapa versi makna huruf Jawa tersebut, beberapa di antaranya adalah yang dikatakan Pakdhé Wikipedia di sini dan di sana, berhubung Pakdhé Wikipedia sudah bercerita dengan cukup jelas maka saya tidak akan menulis ulang pitutur Pakdhé tersebut.
Sekarang saya akan sedikit mengupas “tafsir” versi lain dari huruf Jawa tersebut. Ki Hadjar Dewantara tidak hanya mencetuskan konsep petuah tentang kepemimpinan yang sangat terkenal, beliau juga berhasil memberi penafsiran mengenai ajaran budi pekerti serta filosofi kehidupan yang sangat tinggi dan luhur yang terkandung dalam huruf Jawa .
Adapun makna yang dimaksud adalah sebagai berikut:
(1) HA NA CA RA KA:
Ha: Hurip = hidup
Na: Legeno = telanjang
Ca: Cipta = pemikiran, ide ataupun kreatifitas
Ra: Rasa = perasaan, qalbu, suara hati atau hati nurani
Ka: Karya = bekerja atau pekerjaan.
(2) DA TA SA WA LA
DA TA SA WA LA (versi pertama):
Da: Dodo = dada
Ta: Toto = atur
Sa: Saka = tiang penyangga
Wa: Weruh = melihat
La: lakuning Urip = (makna) kehidupan.
DA TA SA WA LA (versi kedua):
Da-Ta (digabung): dzat = dzat
Sa: Satunggal = satu, Esa
Wa: Wigati = baik
La: Ala = buruk
(3) PA DHA JA YA NYA:
PA DHA JA YA NYA =Sama kuatnya (tidak diartikan per huruf).
(4) MA GA BA THA NGA :
Ma: Sukma = sukma, ruh, nyawa
Ga: Raga = badan, jasmani
Ba-Tha: bathang = mayat
Nga: Lungo = pergi
Tetapi selanjutnya dengan sedikit ngawur saya pribadi akan berusaha menyelami dan menjabarkan tafsir huruf Jawa versi Ki Hadjar tersebut sesuai dengan kemampuan saya. Kalau banyak kesalahan ya mohon dimaklumi karena saya bukanlah seorang filusuf, saya hanya ingin mengenal lebih jauh huruf Jawa (walaupun secara ngawur dengan cara sendiri).
(1) HA NA CA RA KA:
Ha: Hurip = hidup
Na: Legeno = telanjang
Ca: Cipta = pemikiran, ide ataupun kreatifitas
Ra: Rasa = perasaan, qalbu, suara hati atau hati nurani
Ka: Karya = bekerja atau pekerjaan.
Dari arti secara harfiah tsb, saya berusaha menjabarkannya menjadi dua versi:
**) Ketelanjangan=kejujuran
Bukankah secara fisik manusia lahir dalam keadaan telanjang? Tapi sebenarnya ketelanjangan itu tidak hanya sekedar fisik saja. Bayi yang baru lahir juga memiliki jiwa yang “telanjang”, masih suci…polos lepas dari segala dosa. Seorang bayi juga “telanjang” karena dia masih jujur…lepas dari perbuatan bohong (kecuali bayi aneh 😀 ). Sedangkan CA-RA-KA mempunyai makna cipta-rasa-karya . Sehingga HA NA CA RA KA akan memiliki makna dalam mewujudkan dan mengembangkan cipta, rasa dan karya kita harus tetap menjunjung tinggi kejujuran. Marilah kita “telanjang” dalam bercipta, berrasa dan berkarya.
**)) Pengembangan potensi
Jadi HA NA CA RA KA bisa ditafsirkan bahwa manusia “dihidupkan” atau dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan “telanjang”. Telanjang di sini dalam artian tidak mempunyai apa-apa selain potensi. Oleh karena itulah manusia harus dapat mengembangkan potensi bawaan tersebut dengan cipta-rasa-karsa. Cipta-rasa-karsa merupakan suatu konsep segitiga (segitiga merupakan bentuk paling kuat dan seimbang) antara otak yang mengkreasi cipta, hati/kalbu yang melakukan fungsi kontrol atau pengawasan dan filter (dalam bentuk rasa) atas segala ide-pemikiran dan kreatifitas yang dicetuskan otak, serta terakhir adalah raga/tubuh/badan yang bertindak sebagai pelaksana semua kreatifitas tersebut (setelah dinyatakan lulus sensor oleh rasa sebagai badan sensor manusia).
Secara ideal memang semua perbuatan (karya) yang dilakukan oleh manusia tidak hanya semata hasil kerja otak tetapi juga “kelayakannya” sudah diuji oleh rasa. Rasa idealnya hanya meloloskan ide-kreatifitas yang sesuai dengan norma. Norma di sini memiliki arti yang cukup luas, yaitu meliputi norma internal (perasaan manusia itu sendiri atau istilah kerennya kata hati atau suara hati) atau bisa juga merupakan norma eksternal (dari Tuhan yang berupa agama dan aturannya atau juga norma dari masyarakat yang berupa aturan hukum dll).
(2) DA TA SA WA LA: (versi pertama)
Da: Dodo = dada
Ta: Toto = atur
Sa: Saka = tiang penyangga
Wa: Weruh = melihat
La: lakuning Urip = (makna) kehidupan.
DA TA SA WA LA berarti dadane ditoto men iso ngadeg jejeg (koyo soko) lan iso weruh (mangerteni) lakuning urip. Dengarkanlah suara hati (nurani) yang ada di dalam dada, agar kamu bisa berdiri tegak seperti halnya tiang penyangga dan kamu juga akan mengerti makna kehidupan yang sebenarnya.
Kata “atur” bisa berarti manage dan juga evaluate sedangkan dada sebenarnya melambangkan hati (yang terkandung di dalam dada). Jadi dadanya diatur mengandung arti bahwa kita harus senantiasa me-manage (menjaga-mengatur) hati kita untuk melakukan suatu langkah evaluatif dalam menjalani kehidupan supaya kita dapat senantiasa berdiri tegak dan tegar dalam memandang dan memaknai kehidupan. Kita harus senantiasa memiliki motivasi dan optimisme dalam berusaha tanpa melupakan kodrat kita sebagai makhluk Alloh yang dalam konsep Islam dikenal dengan ikhtiar-tawakal, ikhtiar adalah berusaha semaksimal mungkin sedangkan tawakal adalah memasrahkan segala hasil usaha tersebut kepada Alloh.
DA TA SA WA LA: (versi kedua)
Da-Ta (digabung): dzat = dzat
Sa: Satunggal = satu, Esa
Wa: Wigati = baik
La: Ala = buruk
DA TA SA WA LA bisa ditafsirkan bahwa hanya Dzat Yang Esa-lah (yaitu Tuhan) yang benar-benar mengerti akan baik dan buruk. Secara kasar dan ngawur saya mencoba menganggap bahwa kata “baik” di sini ekuivalen dengan kata “benar” sedangkan kata “buruk” ekuivalen dengan “salah”. Jadi alangkah baiknya kalau kita tidak dengan semena-mena menyalahkan orang (kelompok) lain dan menganggap bahwa kita (kelompok kita) sebagai pihak yang paling benar.
(3) PA DHA JA YA NYA:
PA DHA JA YA NYA = sama kuat
Pada dasarnya/awalnya semua manusia mempunyai dua potensi yang sama (kuat), yaitu potensi untuk melakukan kebaikan dan potensi untuk melakukan keburukan. Mungkin memang benar ungkapan bahwa manusia itu bisa menjadi sebaik malaikat tetapi bisa juga buruk seperti setan dan juga binatang. Mengingat adanya dua potensi yang sama kuat tersebut maka selanjutnya tugas manusialah untuk memilih potensi mana yang akan dikembangkan. Sangat manusiawi dan lumrah jika manusia melakukan kesalahan, tetapi apakah dia akan terus memelihara dan mengembangkan kesalahannya tersebut? Potensi keburukan dalam diri manusia adalah hawa nafsu, sehingga tidak salah ketika Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa musuh terbesar kita adalah hawa nafsu yang bersemayam dalam diri kita masing-masing.
(4) MA GA BA THA NGA:
Ma: Sukma = sukma, ruh, nyawa
Ga: Raga = badan, jasmani
Ba-Tha: bathang = mayat
Nga: Lungo = pergi
Secara singkat MA GA BA THA NGA saya artikan bahwa pada akhirnya manusia akan menjadi mayat ketika sukma atau ruh kita meninggalkan raga/jasmani kita. Sesungguhnya kita tidak akan hidup selamanya dan pada akhirnya akan kembali juga kepada Alloh. Oleh karena itu kita harus senantiasa mempersiapkan bekal untuk menghadap Alloh.
***********************************************************************************************
Demikian cerita ngawur saya tentang makna huruf Jawa, jika ada kesalahan dan ketidaktepatan mohon dimaklumi karena saya bukan filusuf dan kebetulan saat ini kepala sedang dipenuhi berbagai macam tugas.
*Sekedar alasan atas ketidakmampuan diri hehehe *
Semua hal yang saya diceritakan di atas merupakan keadaan yang ideal dan seharusnya, tetapi jika kenyatannya berkata lain maka itulah ANOMALI DALAM KEHIDUPAN.
PERTAMAXXX!!!
wah…bahasa Jawa. nggak ngerti aku ehehehehe…
DA TA SA WA LA (versi pertama): -> kalau mengurut sampai selesai, saya kok lebih sreg versi pertama ya….
Namun, Mas Deking, apakah versi ke dua adalah versi budaya yang menyebabkan atau selalu menempati sebab mengapa Jawa memiliki tradisi meleburkan segala sesuatu ke dalam satu wadah besar budaya. Terima segalanya, tapi juga pada saat yang sama tidak menerima segalanya……..
pak kalo PUR WA CA RA KA apa jadinya? untuk mencari maknanya tinggal nyari PUR nya aja ya 😀
Tidak ngawur kok, malah saya juga ingin belajar kalau bapak berkenan mengajarkan saya yang kufu` ini…
ga bisa komen nih soalnya bener-bener ga faham
Amin. Hebat nih, sang pujangga mengungkap kehidupan 😀
dalam kata ada makna
ada jiwa ada saudara
tapi kita kurang membiasa
dengan apa saja yang menjiwa
padahal jiwa mewakili Dia…………
ilmu baru nih mas matur kesuwun……
mau dong tulisan jawanya ditampilkan
@CK:
Kan inti dari tulisan ini bukan huruf Jawa-nya mbak 😀
Inti dari tulisan ini adalah belajar tentang makna kehidupan
@Agor:
Mengingat monodualisme manusia (makhluk individu sekaligus makhluk sosial) maka saya berusaha menyikapi dua versi DATASAWALA sbb:
Kalau menurut saya versi pertama DATASAWALA lebih berkaitan dengan fungsi individual manusia (bersifat personal), yaitu bagaimana manusia menggapai “gegayuhan”.. suatu hasil…suatu keinginan
Sedangkan versi kedua menurut saya berkaitan dengan fungsi sosial manusia karena penilaian (tentang baik-buruk) yang dilakukan seorang individu atas individu lain tentu saja hanya bisa dilakukan jika individu tsb berada dalam sistem. Dan hal tsb juga merefleksikan suatu kehidupan majemuk manusia.
@xwoman:
Kalau purwacaraka sepertinya sich PURWA-nya digabung hehehe…
Karena PURWA berarti pertama. CA RA Ka tinggal ambil di CIPTA RASA KARSA hehehe…
Saya juga masih kufu kok mbak..kita belajar bareng yuk…
Kapan dan di mana? hehehe
BTW tumbén serius dan memanggil “BAPAK”? Bapakmu po? 😀
@Cakmoki:
Hanya berusaha menyelami makna kehidupan saja kok Cak, lha mau nulis tentang kedokteran teramat sangat tidak mampu hehehe..
@Santribuntet:
Berarti kita harus selalu mengingat-Nya kan?
Bagaimana dengan konsep Syech Siti Jenar…”MANUNGGALING KAWULA LAN GUSTI“?
*Kapan2 nulis tentang ini ach hehehe *
@Juliach:
Sebenarnya huruf Jawa tsb sudah saya tampilkan di sini, tapi kalau ternyata banyak rekan-rekan yang tidak membuka posting tsb maka akhirnya saya tampilkan juga huruf2 Jawa tsb di [osting ini.
orang manggil `bapak`bukan hanya pada bapaknya saja toh! Itu termasuk dalam RA = Rasa. Rasa hormat, walaupun masih “muda” berarti dihargai.
Jadi PURWACARAKA itu gimana mengartikannya… pertamakali menciptakan rasa sehingga menjadi karya gitu? 😀
Sebenarnya karya dengan karsa itu sama apa beda sih?
@xwoman:
hayo nesu (marah) wakakakakakak…
Gara2 pertanyaan mbak xwoman (ttg karsa dan karya), saya jadi melakukan pengecekan ulang terhadap tulisan saya di atas karena rasa2nya saya tidak nulis tentang karsa. Tetapi ternyata saya ada satu kesalahan ketik..seharusnya “karya” tetapi saya tulis “karsa” padahal pada penjelasan sebelumnya sdh saya nyatakan sebagai “karya” tetapi gak tahu bisa kepeleset jadi “karsa”
Menurut pendapat saya pribadi…
Karsa berkaitan dengan tekad-kehendak, sedangkan karya merupakan perbuatan beserta hasilnya.
Ternyata pertanyaan tentang PURWACARAKA serius to? Kirain hanya bercanda hehehe…
PURWA=pertama
CARAKA=duta, utusan (kalau tidak salah lho)
Jadi kira2 PURWACARAKA adalah utusan yang pertama…
Mungkin maksudnya adalah anak pertama tetapi penggunaan kata CARAKA menyiratkan bahwa sang anak tidak hanya sekedar datang/lahir tetapi sekaligus menyampaikan (salah satu tugas utusan)…atau secara gampangnya sang anak bisa menjadi utusan dalam hal menciptakan karya2 yang bisa disampaikan.
Info lebih lanjut hubungi Purwacaraka’s parent hehehe
ke sepuluh!
wakakakkak
lagi berfilosofis melulu nih si om…..
menunjukkan identitas ke
tuadewasaan nya kah?ha…. itu saya 😀
Ingat sama bu Sulastri, apa kabar ibu? berkat anda saya bsedikit-sedikit bisa memahami postingan ini.
kalau judulnya dibalik gimana mengungkap huruf jawa dibalik kehidupan… lah setelah huruf jawa diungkap tuh kan pada hidup kita.. kekeek .. nambahin
Poya lesgi dab, lha wong aksoro jowo mung digawe kamus boso walikan je dab… satub dab
ngomong2 masalah huruf jawa, daku jadi inget pelajaran SD, pelajaran bahasa jawa = pelajaran nomor satu yang sangat dihindari….hehehe. btw, good posting, om!
Wuih… Mas Ceking ternyata memiliki banyak ilmunya Ko Hadjar Dewantara, bahkan dapat memberikan penafsiran yang cerdas. Angkat topi untuk Mas Ceking.
mas The King (aku kok lebih ngartiin ini drpd ceking.., makany aaku heran ini antara narsis pengen jadi raja dan manusia biasa… mana yg kuat? hahaha…), huruf jawa itu bukan berasal dari India ya? Soalnya kata bapakku nama-ku (tapi bukan Evy itu panggilan) aja berasal dari sansekerta. Eh baru tahu klo huruf jawa ada filosofi-nya, seperti keseimbangan gitu ya klo chinese bilang yinyang.. thanks ya atas artikelnya..
@Antobilang:
JAdi tua itu pasti, jadi dewasa itu pilihan…
Bukan basa-basi 😀
@Helgeduelbek:
Iya Pak, tema kali ini tentang Bapak 😀
@Peyek:
Bu Sulastri itu siapa to Cak? Bu Guru ya?
@Kurtubi:
Sepertinya ini hanya implikasi (jika-maka), bukan biimplikasi (jika dan hanya jika) jadi kalo dibalik kayaknya tidak pas 😀
@Pakdhé:
Hanyné siba baca dhip…
pepepepepe… (sak ngguyuné diwalik 😀 )
@Senja:
Kenapa harus dihindari Mbak? Saya malahan seneng banget pelajaran bahasa Jawa (sampai SMP masih dapat)…
@Kang Kombor:
Ini yang saya suka dari Kang Kombor…selalu memanggil saya “ceking”
Kebetulan saja saya suka Ki Hadjar kok Kang…
@Evy:
Mbok kayak Kang Kombor saja Bu…panggil ceking 😀
Kalau Bu Evy ketemu saya secara langsung maka Ibu akan mengerti betapa cekingnya saya (TB 176 cm sedangkan BB max 57 kg tetapi seringnya hanya 53 kg) hehehehe
Tentang huruf Jawa memang merupakan modifikasi dari huruf India…tidak sama persis dengan huruf India
setelah ini bade diterusken membedah wedhatama gak kang :d, sumonggo.
*nyuwun ijin untuk memforward tulisan ini ke temen2 kejawen
*hebat*
deuw…
si bapak ini keren bener c…
kecil yang orang Jawa aja ga ngerti loh…..
kalo ga salah inget, huruf Jawa itu cerita tentang dua pangeran yang sedang berentem ya?
karena ada utusan (caraka)
n masing2 merasa berkewajiban lebih
akirnya rebutan
trus berantem
karena sama saktinya (pa dha ja ya nya)
akirnya mereka berdua wafat (ma ga ba tha nga)
cerita yang kecil dapet waktu kaya’ gt…
Matur suwun kang atas tulisan ini. he..he..he… saya jadi malu sbg orang jawa. moso’ ga ngerti tulisan jawa babar blas. 😆
beideweei, saya setuju dengan DA TA SA WA LA (chapter II-nya) tuh… 🙂
aku kembali buta huruf pada tulisan ini. kelamaan ndak diasah
Mas King…
Aku bukan orang jawa, tapi suami. kayanya susah sekali ya..
bagaimana bisa anak-anakku iso boso Jowo ( usaha neh )
butek neh kepala…
ampun ampun…
hahaha… ketipu ni yee… sapa yang marah? Terkesan marah ya? Karena cara penulisan RA nya?
Lagi pula nanya purwacaraka itu ingin tau artinya kok keren banget si PURWACARAKA BIG BAND hihihi… sorry lho pakde King tapi bener emang tertarik mempelajarinya, dengan begitu kan aku bisa tahu hanya dari kata PURWACARAKA aja bisa diuraikan jadi beberapa tafsiran, 1) PURWA CA RA KA, 2) PURWA CARAKA (kalau aku boleh sok tau PURWA+CARAKA itu sudah penggabungan 2 kata ya bukan huruf lagi), dan memang sangat jelas 2 versi kata PURWACARAKA itu sudah mempunyai arti yang berbeda.
Oh iya satu lagi, xwoman kalo marah ga pake acara cengar cengir lho… 😀
Good. Saya teringat dengan teman saya waktu di SMP dulu di Kalimantan. Dia mengajarkan saya menulis dalam bahasa Jawa. Menyenangkan. Tulisan deking, jadi membawa saya ke masa silam. Thanks bro. Tulisannya membuat pengetahuan saya bertambah lagi.
aku kok cuman sampe ha na da
twothumbsup
Usul,
Mbok dilanjut dengan mengulas mengungkap kengapakan bahasa banyumas, termasuk banjarnegara. jangan-jangan dibaliknya ada sebuah makna mendalam. Orang sering bilang, kengapakan itu adalah bagian dari perlawanan, tetapi so what?
ditunggu pak de
waktu SD saya merasa pelajaran bahasa Jawa teramat sangat susah (dengan aksaranya yang menari nari)
ternganga melihat eyang kakung yang dengan fluent nya membaca aksara *hapal dilafalkan dari belakang, suatu hal yang hingga kini belum pernah saya lakukan (secara dah males puol 😛 )
sekarang , disuruh membaca aksara Jawa, seperti anak yang baru baca, di eja satu satu.. ugh, degradasi skill neh 😥
Begitu beranjak remaja, saya merasa bahasa tersusah adalah bahasa Indonesia 😥
*i am totally agree kalau bahasa jawa itu penuh dengan filosofi kehidupan.. jadi pingin mudik ke tanah Jawa (JAWA beneran :p )
Menarik.
Semakin banyak tau soal bahasa, semakin banyak ilmu yg di dapat.
Thx buat infonya.
“sedikit- sedikit lama” jadi bukit ” apa tuh dalam bhs jawanya Pak dhe…?? 😀
assalamualikum.
maaf sebelumnya saya hanya sedikit bingung soalnya tulisan jowo kuno itu beda artinya dengan kitab yang saya punya contah seperti HO NO CO RO KO itu kalo gak salah artinya ADA SEORANG UTUSAN dalam kitab JOKO BOYO yang sudah berusia sekitar 1 abad itu hanya itu yang saya ketahui. saya bukannya mau sombong atau apa ya tapi ini benar kenyataan saya hanya memeberi saran mohon untuk di kaji lg atau anda mencari kitab atau buku orang zaman dulu kalo bisa anda meneliti kebenarannya. Terimakasih.
mas ada tamabahan sedikit setelah saya tela’ah ada yang saya mau tanyakan anda mendapat info tsb dr mana and dr sapa jika saya boleh tahu. and anda bisa menerjemahkan bahasa sansekerta dari mana???????????????????????????? hanya itu saja terimakasih
Anda tidak salah…
yang honocoroko = ada utusan
Datasawala=saling berselisih paham
Podhojayanya=sama kuatnya
mogobothongo=sama2 menjadi bathang (mayat)
Itu tidak salah…karena memang ada beberapa versi makna tentang huruf Jawa, tetapi saya pribadi tdk senang arti yg versi tsb karena tdk ada makna filosofis yang bisa ditelaah lebih lanjut
Apa yg saya ungkapkan adalah versi telaah Ki Hadjar Dewantara(Apa Anda tdk membaca secara teliti keterangan dalam tulisan saya??????????????)
Sedangkan penjelasan lebih lanjut adalah hanya sebatas usaha saya memaknainya
Kalau Anda ingin tahu makna2 lain dari huruf Jawa silakan diklik link wikipedia di atas
Sekali lagi ADA BANYAK VERSI MAKNA HURUF JAWA dan saya hanya memilih yang menurut saya memiliki nilai2 filosofis yg lebih dalam
‘Kalau yg honocoroko=ada utusan menurut saya hanya arti secara sejarah, makna kehidupan tdk bisa begitu banyak digali
Tambahan juga untuk mas Rahman (atau irmawan ya?)hehehe…
Apakah saya salah jika berusaha sok menafsirkan makna huruf Jawa? Toh huruf Jawa tidak berkaitan dengan ajaran agama yang tentu saja tidak bisa seenaknya ditafsirkan.
Selain itu saya hanya berusaha mencari sisi baik dan juga bisa dimanfaatkan dari huruf Jawa tsb.
Sebenarnya banyak yg bisa kita pelajari dari alam (termasuk juga ilmu pengetahuan)…
Kalau memang tafsiran huruf Jawa tsb bisa mendatangkan mudharat maka saya bersedia menghapus artikel tsb 😀
Terus terang saya tidak bisa menafsirkan bahasa sanskerta, apa yang saya lakukan hanyalah menelaah penafsiran KI HADJAR DEWANTARA akan makna huruf Jawa
weleh…weleh…
apik tenan pembahasane..
aku sing tiang jogjaw mawon mboten ngertos asal usul boso jowo
diperlanjut terus yo mas artikele
ben podo sinau boso jowo
termasuk aku iki,,,,kwekekekekkekekek
nah klu yang ini ,,baru mantap…coz,,klu di pelajari..kayak budaya sastra jendra pangruwating diyu,,, suwun…
uraian yang bagus tentang honocoroko,kebetulan dulu saya suka naik gunung lawu dan ketemu penganut kejawen dan
dikasih wejangan soal sastra jendra pangruwat diyu dengan
amalan honoroko dotosowolo monggobotongo….
ho–hono urip wening suci…..
suwun–darma
HA ; hakul yakin mmring ananing Gusti
NA; nuhanana mring Bapa,Biyung ira
CA; Caturan kudu sing bener lan becik
RA; Reksanen jiea raganira
KA; Karma iku mesti tumeka
DHA;Dhalane urip iku kudhu makarya
TA; Tata krama iku wajib tumrape manungsa
SA; Sesrawungan dimen ngrembaka lan kukuh
WA; Waspadhaha marang owah gingsiring kahanan
LA; Lekase wong urip mesthi rekasa
PA; Padhudhon mung agawe bubrah
DA; Dasarana jiwo raganira marang laku tarak brata
DJA; Jalma tan kena kinira
YA; Yayah rena ywo kongsi kuciwa
NYA;Nyenyamah asma lamun sira tumindhak culika
MA; Marsudhiya marang tindhak kautaman
GA; Gegayuhan kudhu dhen gayuh
BA; Babahan hawa sanga kudhu tansah jinaga
THA;Thethukulan iku rewangira urip
NGA;Ngalah iku dhudhu kalah
Heeee bener – bener cocok sekali makna tulisan jawa itu maknanya sejagad ya ha na ca ra ca …… kalo di lanjutin sama makna lir – ilir pas banget tuuu buat nyadari para koruptor biar sadar bahwa hidup ini adalah cuma dari Ha sampai nga dan tak lebih dari itu , seharusnya habis makna ha na ca ra ca …… dilanjutkan makna / arti lir – ilir mantep sekali tu ya heeeeee
Dan dengan memakai panduan huruf jawa, ada seorang kakek yang pernahsaya temui yang berprofesi sebagai tukang pijat yang bisa menebak sifat dan karakter seseorang dari namanya dengan menggunakan huruf jawa sebagai panduan, kombinasi nama seseorang dihitung berikut juga dgn hari seseorang itu lahir dan nama daerah tempat dia tinggal. lalu ada rumus baku yang dia pakai, maka hasilnya 100% tepat!!!.
menurut saya hal itu bukanlah hal yang mistis dan khurofat karena dia memakai rumus baku, jadi siapapun selama dia bisa paham rumus baku dan memakainya maka dia pun bisa mengetahui sifat dan karakter seseorang, berikut jalur kehidupan yang telah dia alami.
Mungkin sama halnya dengan menggunakan rumus matematika dan fisika. jadi tidak menyinggung wilayah aqidah.
tapi sayang saya lupa lagi rumusnya 🙂
[…] saya sekarang tidak hanya akan mencoba belajar tentang makna kehidupan saja karena ini lebih mengacu pada teori saja tetapi saya juga akan selalu berusaha untuk […]
ooooowww gitu ya aq wong banjar mlh nembe ngrti tp gmn tentang pasangan huruf2 jawanya
Ngono yo ngono, ning mbok ojo ngono to mas… Etika penulisan iku kudu nulis sumbere soko endi, lha tulisanmu ora nganggo sumber babar blas koyo-koyone awakmu dewe sing dadi sumber !
Waktu aku kuliah S3 ning Malang tahun 2004, aku oleh tugas gawe tulisan bab Manajemen Indonesia, akhire aku nulis: “Manajemen Eling Lan Waspodo”. Bab-3 tulisanku kok japlak 100%.
Amargo tujuane awakmu gur kanggo nyebarake kawruh Jowo, aku melu seneng, tapi besuke, becik sumbere kok tulis yo… !
Salam, Edi Noersasongko
Buka kembali lembaran lama…
aku perlu sedikit data dari sini nih, kayaknya lagi perlu 😀
gile baca 2 artikel dalam 1 postingan nih hehehe…
baca artikel ke-2 (red : komen 36) nyerah dech 😆
@yoeni asri,
Keluhuran kebudayaan Jawa memang tidak bisa dinegasikan. Di Forum Religiositas Agama, saya menemukan artikel yang menarik sekali. Ini situsnya: http://hatinurani21.wordpress.com/
MENGAPA KEBUDAYAAN JAWA MENGALAMI KEMUNDURAN YANG SIGNIFIKAN?
Pengantar
Manusia Jawa adalah mayoritas di Indonesia. Nasib bangsa Indonesia sangat tergantung kepada kemampuan penalaran, skill, dan manajemen manusia Jawa (MJ). Sayang sekali s/d saat ini, MJ mengalami krisis kebudayaan; hal ini disebabkan Kebudayaan Jawa (KJ) dibiarkan merana, tidak terawat, dan tidak dikembangkan oleh pihak2 yang berkompeten (TERUTAMA OLEH POLITISI). Bahkan KJ terkesan dibiarkan mati merana digerilya oleh kebudayaan asing (terutama dari timur tengah/Arab). Mochtar Lubis dalam bukunya: Manusia Indonesia Baru, juga mengkritisi watak2 negatip manusia Jawa seperti munafik, feodal, malas, tidak suka bertanggung jawab, suka gengsi dan prestis, dan tidak suka bisnis (lebih aman jadi pegawai).
Kemunduran kebudayaan Jawa tidak lepas dari dosa regim Orde Baru. Strategi regim Soeharto untuk melepaskan diri dari tuannya (USA dkk.) dan tekanan kaum reformis melalui politisasi agama Islam menjadikan Indonesia mengarah ke ideologi Timur Tengah (Arab). Indonesia saat ini (2007) adalah kembali menjadi ajang pertempuran antara: Barat lawan Timur Tengah, antara kaum sekuler dan kaum Islam, antara modernitas dan kekolotan agama. (mohon dibaca artikel yang lain dulu, sebaiknya sesuai no. urut)
Boleh diibaratkan bahwa manusia Jawa terusmenerus mengalami penjajahan, misalnya penjajahan oleh:
– Bs. Belanda selama 300 tahunan
– Bs. Jepang selama hampir 3 tahunan
– Regim Soeharto/ORBA selama hampir 32 tahun (Londo Ireng).
– Negara Adidaya/perusahaan multi nasioanal selama ORBA s/d saat ini.
– Sekarang dan dimasa dekat, bila tidak hati2, diramalkan bahwa Indonesia akan menjadi negara boneka Timur Tengah/Arab Saudi (melalui kendaraan utama politisasi agama).
Kemunduran kebudayaan manusia Jawa sangat terasa sekali, karena suku Jawa adalah mayoritas di Indonesia, maka kemundurannya mengakibatkan kemunduran negara Indonesia, sebagai contoh kemunduran adalah terpaan berbagai krisis yang tak pernah selesai dialami oleh bangsa Indonesia. Politisasi uang dan agama mengakibatkan percepatan krisis kebudayaan Jawa, seperti analisa dibawah ini.
Gerilya Kebudayaan
Negara2 TIMTENG/ARAB harus berjuang sekuat tenaga dengan cara apapun untuk mendapat devisa selain dari kekayaan minyak (petro dollar), hal ini mengingat tambang minyak di Timur Tengah (TIMTENG/Arab) adalah terbatas umurnya; diperkirakan oleh para ahli bahwa umur tambang minyak sekitar 15 tahun lagi, disamping itu, penemuan energi alternatip akan dapat membuat minyak turun harganya. Begitu negara Timur Tengah mendapat angin dari regim Orde Baru, Indonesia lalu bagaikan diterpa badai gurun Sahara yang panas! Pemanfaatan agama (politisasi agama) oleh negara asing (negara2 Arab) untuk mendominasi dan menipiskan kebudayaan setempat (Indonesia) mendapatkan angin bagus, ini berlangsung dengan begitu kuat dan begitu vulgarnya. Gerilya kebudayaan asing lewat politisasi agama begitu gencarnya, terutama lewat media televisi, majalah, buku dan radio. Gerilya kebudayaan melalui TV ini sungguh secara halus-nylamur-tak kentara, orang awam pasti sulit mencernanya! Berikut ini adalah gerilya kebudayaan yang sedang berlangsung:
– Dalam sinetron, hal-hal yang berbau mistik, dukun, santet dan yang negatip sering dikonotasikan dengan manusia yang mengenakan pakaian adat Jawa seperti surjan, batik, blangkon kebaya dan keris; kemudian hal-hal yang berkenaan dengan kebaikan dan kesucian dihubungkan dengan pakaian keagamaan dari Timur Tengah/Arab. Kebudayaan yang Jawa dikalahkan oleh yang Timur Tengah.
– Artis2 film dan sinetron digarap duluan mengingat mereka adalah banyak menjadi idola masyarakat muda (yang nalarnya kurang jalan). Para artis, yang blo’oon politik ini, bagaikan di masukan ke salon rias Timur Tengah/Arab, untuk kemudian ditampilkan di layar televisi, koran, dan majalah demi membentuk mind set (seting pikiran) yang berkiblat ke Arab.
– Bahasa Jawa beserta ungkapannya yang sangat luas, luhur, dalam, dan fleksibel juga digerilya. Dimulai dengan salam pertemuan yang memakai assalam…dan wassalam…. Dulu kita bangga dengan ungkapan: Tut wuri handayani, menang tanpo ngasorake, gotong royong, dsb.; sekarang kita dibiasakan oleh para gerilyawan kebudayaan dengan istilah2 asing dari Arab, misalnya: amal maruh nahi mungkar, saleh dan soleha, dst. Untuk memperkuat gerilya, dikonotasikan bahwa bhs. Arab itu membuat manusia dekat dengan surga! Sungguh cerdik dan licik.
– Kebaya, modolan dan surjan diganti dengan jilbab, celana congkrang, dan jenggot ala orang Arab. Nama2 Jawa dengan Ki dan Nyi (misal Ki Hajar …) mulai dihilangkan, nama ke Arab2an dipopulerkan. Dalam wayang kulit, juga dilakukan gerilya kebudayaan: senjata pamungkas raja Pandawa yaitu Puntadewa menjadi disebut Kalimat Syahadat (jimat Kalimo Sodo), padahal wayang kulit berasal dari agama Hindu (banyak dewa-dewinya yang tidak Islami), jadi bukan Islam; bukankah ini sangat memalukan? Gending2 Jawa yang indah, gending2 dolanan anak2 yang bagus semisal: jamuran, cublak2 suweng, soyang2, dst., sedikit demi sedikit digerilya dan digeser dengan musik qasidahan dari Arab. Dibeberapa tempat (Padang, Aceh, Jawa Barat) usaha menetapkan hukum syariah Islam terus digulirkan, dimulai dengan kewajiban berjilbab! Kemudian, mereka lebih dalam lagi mulai mengusik ke bhinekaan Indonesia, dengan berbagai larangan dan usikan bangunan2 ibadah dan sekolah non Islam.
– Gerilya lewat pendidikan juga gencar, perguruan berbasis Taman Siswa yang nasionalis, pluralis dan menjujung tinggi kebudayaan Jawa secara lambat namun pasti juga digerilya, mereka ini digeser oleh madrasah2/pesantren2. Padahal Taman Siswa adalah asli produk perjuangan dan merupakan kebanggaan manusia Jawa. UU Sisdiknas juga merupakan gerilya yang luar biasa berhasilnya. Sekolah swasta berciri keagamaan non Islam dipaksa menyediakan guru beragama Islam, sehingga ciri mereka lenyap.
– Demikian pula dengan perbankan, mereka ingin eksklusif dengan bank syariah, dengan menghindari kata bunga/rente/riba; istilah ke Arab2an pun diada-adakan, walau nampak kurang logis! Seperti USA memakai IMF, dan orang Yahudi menguasai finansial, maka manusia Arab ingin mendominasi Indonesia memakai strategi halal-haramnya pinjaman, misalnya lewat bank syariah.
– Keberhasilan perempuan dalam menduduki jabatan tinggi di pegawai negeri (eselon 1 s/d 3) dikonotasikan/dipotretkan dengan penampilan berjilbab dan naik mobil yang baik. Para pejabat eselon ini lalu memberikan pengarahan untuk arabisasi pakaian dinas di kantor masing2.
– Di hampir pelosok P. Jawa kita dapat menyaksikan bangunan2 masjid yang megah, dana pembangunan dari Arab luar biasa besarnya. Bahkan organisasi preman bentukan militer di jaman ORBA, yaitu Pemuda Pancasila, pun mendapatkan grojogan dana dari Timur Tengah untuk membangun pesantren2 di Kalimantan, luar biasa!
– Fatwa MUI pada bulan Agustus 2005 tentang larangan2 yang tidak berdasar nalar dan tidak menjaga keharmonisan masyarakat sungguh menyakitkan manusia Jawa yang suka damai dan harmoni. Bila ulama hanya menjadi sekedar alat politik, maka panglima agama adalah ulama politikus yang mementingkan uang, kekuasaan dan jabatan saja; efek keputusan tidak mereka hiraukan. Sejarah ORBA membuktikan bahwa MUI dan ICMI adalah alat regim ORBA yang sangat canggih. Saat ini, MUI boleh dikata telah menjadi alat negara asing (Arab) untuk menguasai
– Dimasa lalu, banyak orang cerdas mengatakan bahwa Wali Songo adalah bagaikan MUI sekarang ini, dakwah mereka penuh gerilya kebudayaan dan politik. Manusia Majapahit digerilya, sehingga terdesak ke Bromo (suku Tengger) dan pulau Bali. Mengingat negara baru memerangi KKN, mestinya fatwa MUI adalah tentang KKN (yang relevan), misal pejabat tinggi negara yang PNS yang mempunyai tabungan diatas 3 milyar rupiah diharuskan mengembalikan uang haram itu (sebab hasil KKN), namun karena memang ditujukan untuk membelokan pemberantasan KKN, yang terjadi justru sebaliknya, fatwanya justru yang aneh2 dan merusak keharmonisan kebhinekaan Indonesia!
– Buku2 yang sulit diterima nalar, dan secara ngawur dan membabi buta ditulis hanya untuk melawan dominasi ilmuwan Barat saat ini membanjiri pasaran di Indonesia. Rupanya ilmuwan Timur Tengah ingin melawan ilmuwan Barat, semua teori Barat yang rasional-empiris dilawan dengan teori Timur Tengah yang berbasis intuisi-agamis (berbasis Al-Quran), misal teori kebutuhan Maslow yang sangat populer dilawankan teori kebutuhan spiritual Nabi Ibrahim, teori EQ ditandingi dengan ESQ, dst. Masyarakat Indonesia harus selalu siap dan waspada dalam memilih buku yang ingin dibacanya.
– Dengan halus, licik tapi mengena, mass media, terutama TV dan radio, telah digunakan untuk membunuh karakater (character assasination) budaya Jawa dan meninggikan karakter budaya Arab (lewat agama)! Para gerilyawan juga menyelipkan filosofis yang amat sangat cerdik, yaitu: kebudayaan Arab itu bagian dari kebudayaan pribumi, kebudayaan Barat (dan Cina) itu kebudayaan asing; jadi harus ditentang karena tidak sesuai! Padahal kebudayaan Arab adalah sangat asing!
– Gerilya yang cerdik dan rapi sekali adalah melalui peraturan negara seperti undang-undang, misalnya hukum Syariah yang mulai diterapkan di sementara daerah, U.U. SISDIKNAS, dan rencana UU Anti Pornografi dan Pornoaksi (yang sangat bertentangan dengan Bhineka Tunggal Ika dan sangat menjahati/menjaili kaum wanita dan pekerja seni). Menurut Gus Dur, RUU APP telah melanggar Undang-Undang Dasar 1945 karena tidak memberikan tempat terhadap perbedaan. Padahal, UUD 1945 telah memberi ruang seluas-luasnya bagi keragaman di Indonesia. RUU APP juga mengancam demokrasi bangsa yang mensyaratkan kedaulatan hukum dan perlakuan sama terhadap setiap warga negara di depan hukum. Gus Dur menolak RUU APP dan meminta pemerintah mengoptimalkan penegakan undang-undang lain yang telah mengakomodir pornografi dan pornoaksi. “Telah terjadi formalisasi dan arabisasi saat ini. Kalau sikap Nahdlatul Ulama sangat jelas bahwa untuk menjalankan syariat Islam tidak perlu negara Islam,” ungkapnya. (Kompas, 3 Maret 2006).
– Puncak gerilya kebudayaan adalah tidak diberikannya tempat untuk kepercayaan asli, misalnya Kejawen, dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan urusan pernikahan/perceraian bagi kaum kepercayaan asli ditiadakan. Kejawen, harta warisan nenek moyang, yang kaya akan nilai: pluralisme, humanisme, harmoni, religius, anti kekerasan dan nasionalisme, ternyata tidak hanya digerilya, melainkan akan dibunuh dan dimatikan secara perlahan! Sungguh sangat disayangkan! Urusan perkawinan dan kematian untuk MJ penganut Kejawen dipersulit sedemikian rupa, urusan ini harus dikembalikan ke agama masing2! Sementara itu aliran setingkat Kejawen yang disebut Kong Hu Chu yang berasal dari RRC justru disyahkan keberadaannya. Sungguh sangat sadis para gerilyawan kebudayaan ini!
– Gerilya kebudayaan juga telah mempengaruhi perilaku manusia Jawa, orang Jawa yang dahulu dikenal lemah-lembut, andap asor, cerdas, dan harmoni; namun sekarang sudah terbalik: suka kerusuhan dan kekerasan, suka menentang harmoni. Bayangkan saja, kota Solo yang dulu terkenal putri nya yang lemah lembut (putri Solo, lakune koyo macan luwe) digerilya menjadi kota yang suka kekerasan, ulama Arab (Basyir) mendirikan pesantren Ngruki untuk mencuci otak anak2 muda. Akhir2 ini kota Solo kesulitan mendatangkan turis manca negara, karena kota Solo sudah diidentikan dengan kekerasan sektarian. Untuk diketahui, di Pakistan, banyak madrasah disinyalir dijadikan tempat brain washing dan baiat. Banyak intelektual muda kita di universitas2 yang kena baiat (sumpah secara agama Islam, setelah di brain wahing) untuk mendirikan NII (negara Islam Indonesia) dengan cara menghalalkan segala cara. Berapa banyak madrasah/pesantren di Indonesia yang dijadikan tempat2 cuci otak anti pluralisme dan anti harmoni? Banyak! Berapa jam pelajaran dihabiskan untuk belajar agama (ngaji) dan bahasa Arab? Banyak, diperkirakan sampai hampir 50% nya! Tentu saja ini akan sangat mempengaruhi turunnya perilaku dan turunnya kualitas SDM bgs. Indonesia secara keseluruhan! Maraknya kerusuhan dan kekerasan di Indonesia bagaikan berbanding langsung dengan maraknya madrasah dan pesantren2. Berbagai fatwa MUI yang menjungkirbalikan harmoni dan gotong royong manusia Jawa gencar dilancarkan!
– Sejarah membuktikan bagaimana kerajaan Majapahit, yang luarbiasa jaya, juga terdesak melalui gerilya kebudayaan Arab sehingga manusianya terpojok ke Gn. Bromo (suku Tengger) dan P. Bali (suku Bali). Mereka tetap menjaga kepercayaannya yaitu Hindu. Peranan wali Songo saat itu sebagai alat politis (mirip MUI dan ICMI saat ini) adalah besar sekali! Semenjak saat itu kemunduran kebudayaan Jawa sungguh luar biasa!
Tanda-tanda Kemunduran Budaya Jawa
Kemunduran kebudayaan manusia Jawa sangat terasa sekali, karena suku Jawa adalah mayoritas di Indonesia, maka kemundurannya mengakibatkan kemunduran negara Indonesia, sebagai contoh kemunduran adalah:
– Orang2 hitam dari Afrika (yang budayanya dianggap lebih tertinggal) ternyata dengan mudah mempedayakan masyarakat kita dengan manipulasi penggandaan uang dan jual-beli narkoba.
– Orang Barat mempedayakan kita dengan kurs nilai mata uang. Dengan $ 1 = k.l Rp. 10000, ini sama saja penjajahan baru. Mereka dapat bahan mentah hasil alam dari Indonesia murah sekali, setelah diproses di L.N menjadi barang hitech, maka harganya jadi selangit. Nilai tambah pemrosesan/produksi barang mentah menjadi barang jadi diambil mereka (disamping membuka lapangan kerja). Indonesia terus dengan mudah dikibulin dan dinina bobokan untuk menjadi negara peng export dan sekaligus pengimport terbesar didunia, sungguh suatu kebodohan yang maha luar biasa.
– Orang Jepang terus membuat kita tidak pernah bisa bikin mobil sendiri, walau industri Jepang sudah lebih 30 tahun ada di Indonesia. Semestinya bangsa ini mampu mendikte Jepang dan negara lain untuk mendirikan pabrik di Indonesia, misalnya pabrik: Honda di Sumatra, Suzuki di Jawa, Yamaha di Sulawesi, dst. Ternyata kita sekedar menjadi bangsa konsumen dan perakit.
– Orang Timur Tengah/Arab dengan mudah menggerilya kebudayaan kita seperti cerita diatas; disamping itu, Indonesia adalah termasuk pemasok devisa haji terbesar! Kemudian, dengan hanya Asahari, Abu Bakar Baasyir dan Habib Riziq (FPI), cukup beberapa gelintir manusia saja, Indonesia sudah dapat dibuat kalang kabut oleh negara asing! Sungguh keterlaluan dan memalukan!
– Kalau dulu banyak mahasiswa Malaysia studi ke Indonesia, sekarang posisinya terbalik: banyak mahasiswa Indonesia belajar ke Malaysia (bahkan ke S’pore, Thailand, Pilipina, dst.). Konyol bukan?
– Banyak manusia Jawa yang ingin kaya secara instant, misalnya mengikuti berbagai arisan/multi level marketing seperti pohon emas, dst., yang tidak masuk akal!
– Dalam beragamapun terkesan jauh dari nalar, bijak dan jauh dari cerdas, terkesan hanya ikut2an saja. Beragama tidak harus menjiplak kebudayaan asal agama, dan tidak perlu mengorbankan budaya lokal.
– Sampai dengan saat ini, Indonesia tidak dapat melepaskan diri dari berbagai krisis (krisis multi dimensi), kemiskinan dan pengangguran justru semakin meningkat, padahal negara tetangga yang sama2 mengalami krisis sudah kembali sehat walafiat! Peran manusia Jawa berserta kebudayaannya, sebagai mayoritas, sangat dominan dalam berbagai krisis yang dialami bangsa ini.
Penutup
Beragama tidak harus menjiplak kebudayaan asal agama. Gus Dur mensinyalir telah terjadi arabisasi kebudayaan. Kepentingan negara asing untuk menguasai bumi dan alam Indonesia yang kaya raya dan indah sekali sungguh riil dan kuat sekali, kalau negara modern memakai teknologi tinggi dan jasa keuangan, sedangkan negara lain memakai politisasi agama beserta kebudayaannya. Indonesia saat ini (2007) adalah sedang menjadi ajang pertempuran antara dua ideologi besar dunia: Barat lawan Timur Tengah, antara kaum sekuler dan kaum Islam, antara modernitas dan kekolotan agama. CLASH OF CIVILIZATION antar dua ideologi besar di dunia ini, yang sudah diramalkan oleh sejarahwan kelas dunia – Samuel Hutington dan Francis Fukuyama.
Tanpa harus menirukan/menjiplak kebudayaan Arab, Indonesia diperkirakan dapat menjadi pusat Islam (center of excellence) yang modern bagi dunia. Seperti pusat agama Kristen modern, yang tidak lagi di Israel, melainkan di Itali dan Amerika. Beragama tanpa nalar disertai menjiplak budaya asal agama tersebut secara membabi buta hanya akan mengakibatkan kemunduran budaya lokal sendiri! Maka bijaksana, kritis, dan cerdik sangat diperlukan dalam beragama.
tulisan jaw susah dimengertinya……..
ajarin dunkz…..
ada cara khusus gk sech???
kok tulisan jawa kayak tulisan india y??????????
jd bingung nie…….
btw, saya sendiri orang jawa lho…..
(baru tau y)
u orang jawa kagak?
Sorry, saya juga orang jawa, tapi masalah ramal meramal, hitung menghitung kayaknya saya kurang sreg. karena dalam agama meramal sesuatu yang belum jelas hukumnya syirik ………
belum pasti saudaraku coba ning kan kembali…suwun
@atas,
Loh, kan bukannya justru karena belum jelas itulah kita mengupayakan ramalan, prediksi tho mas…..
Bahkan ramalan itu tadi, walau mungkin memang tidak berealita,tapi sanggup menjadikan suatu daya pendorong untuk menjadikan kerealitasannya lhoh… Udah pernah dengar self-fulfilling prophecy, kan?
Jangan suka percaya agama ah….penghambat kreativitas dan kemajuan itu..!!!
Nih liat ke indonesia.faithfreedom.org
Mohon informasi untuk mendapatkan daftar arti kata-kata sansekerta atau jawa kuno online dimana ya???
Saya butuh untuk nama perusahaan.Matur nuwun
sak ngertiku nek honocoroko dan seterusnya itu yo …. saking podho gengsinya orang cilik ( koyo aku iki) .. akhirnya podho mati dhewe – dhewe gara – gara saklek ngemban amanat. nek nggo kehidupan ya… jangan begitu aja gitu… gitu aja kok rephot….
Yen kulo badhe urun rembug mekaten,prayoginipun aksaro jawi meniko didadosaken aksaro inkang paten kangge sandhi internasional supadhos bongso Indonesia saget mekar ing dhonyo
Mekaten menika
Nyuwun sewu kula badhe urun rembug bab Aksara Jawa,
Kita manungsa jawa nanging ukara dan tulisan ing pagesangan sedina-dinane ora nganggo aksara jawa, eman buanget ya…….
Lha wong sing aneng pulo Bali wae aksara Jawa isih diuri-uri lan dilestarikake nanging ing pulo Jawa dhewe kok ora ????
Banjur kepriye anak putu kito mengko ??? apa iya biso nglestariake anane Aksara Jawa kang mengku lan ngemu sagung piwulang kang luhur ???
Kepriye yo yen Aksara Jawa didadekake tulisan kang dianggo bahasa lesan dan tulisan kang resmi ing pulo Jawa kene
contone : kangge nulis jenenge dalan sing dipasang ing dalan-dalan, kanggo nulis jenenge kantor-kantor lan liyo-liyane. (koyo ing kutha Jogya, Solo, Cirebon lan Bali).
Bisa apa ora yo ????
Ayo para sutrisno Aksara Jawa !!! padha berjuang murih Aksara Jawa bisa lestari dan tetep diuri-uri ing tanah Jawa kene.
Rahayu Sagung Dumadi ………..
sepakat mbah, wong sing biso ngamalaken wigati pralambang kang kakandut ing aksara jawa mestine bisa tansah ndepani urip kang utama ugo eling marang sangkan paraning dumadi
Suwun
very interesting.
i’m adding in RSS Reader
mbah putune nyuwun kiriman petuah-petuah manjur kersane rejeki lancar kalian gadah pekerti sing sae. petuah ipun sampean kirim teng email kulo mbah! matur suwun.
Alhamdullilah, kanthi ngene kita kabeh “sing ora wedi maos” bakal tambah wawasane, dadi bener ujare pinisepuh diumpamaake nutu pari , amargo gesekan karo gabah liyane beras dadi putih , nanging yen langsung keno alu pecah, matur nuwun….
maav,,permisi . .
saia ni juga punya pustaka wedha,, bwat mbak2 dan mas2 yang punya juga dan mw berbagi , diskusi atau apalah namanya ,, silahkan hubungi saya yah . .
kalo memang saudara2 berkenen ni no. telp saia (0341)590153 . . mohon bantuannya yah,, karena pembahasan mengenai ini sangat penting sekali bagi kehidupan saia, anda mungkin, bangsa dan negara juga . .
reply yapz!!
wah pa dha ja ya nyo dalam kata itu nyo nya kok ndak ada kurang pa memang ndak di tampilkan mass… hehehehee….
keren…………. bisa ajarin aku ga?
semua yang ada di dunia ini mesti duweni makna. tergantung dari manusia itu sendiri bisa memahami makna yang ada begitu. apalagi setelah kita tahu makna dari tulisan jawa apakah kita bisa menggunakan dan mengamalka ajaran yang di ada didalam huruf tersebut. bukan hanya kita bisa ,membaca tapi bagaimana kita akan mengekspos mdan menggunakannya. key.
matur nuwun.
Sampun leres kok maz, seratanipun saged nambah wawasan kagem para mudho ingkang taksih tresno kaliyan boso jawi, mugi-mugi panjenengan pikantuk kanugerahan ingkang kathah ! Matur Nuwun
sampun dipun klik njih http://senitattoo.blogspot.com
mingkar mingkure angkoro.mbekto kawulo mudo lirwo mring budoyo jowo,malah ugo asring caturan sinerung agorohh..blok biki apek temen mas..lngkung prayogi menawi kasisipi aksorone lan ugo sandangane..
yen oleh ngawur,,PURWACARAKA..KUI jeneng uwong….sing dwe orkestra itu lhoo
matur kesuwun nggih pak napa mas …………
dadi nambah pengerten……….
dadi kaya kuwe artine hurup jawa….
jarku maune ya mung huruf biasa…….
sepisan maning ya matur kesuwun gatuk tulare…….
nuwun sewuu…
ndherek urun rembug..
HaNaCaRaKa…….ana utusan arupo lanang lan wadon
DaTaSaWaLa…….pada suwala,padu,gelut ginelut rinebut ‘rasa’
PaDhaJaYaNya…..sami digdaya,tan purun uwal/pisah sadurunge rasa sakloron durung ‘mijil’
MaGaBaThaNga…sami sampyuh/tentrem sakwuse rasa sakloron wus manunggal
uraian diatas saya dapat dari seorang tua di purworejo,mohon maklum kalo ngawur 🙂
ayO kEmbAngkAn aKsAra jaWa,..
Jawa itu sendiri sebenarnya bukan tipikal/identitas yang diperuntukan suku Jawa. nJawa (dibaca:nJowo) memiliki makna tentang segala sesuatu sesuai dengan tempat dan porsinya (empan papan), dalam hal ini pemahaman pada tata (peraturan/undang-undang) dan cara (adat istiadat) yang berlaku pada daerah itu tanpa meninggalkan sisi kebenaran.
Misal : seorang dari suku Jawa berpergian ke daerah Sumatera kemudian menjadi anggota masyarakat dari suku Batak atau Melayu, ketika masyarakat tersebut mengadakan sebuah acara adat dan diundang, maka sebagai orang yang nJawa dia akan datang.
Jadi bisa diambil kesimpulan Jawa disini bukan monopoli milik suku Jawa. (ini menurut saya lho…..)
Mangga mas sami-sami uri-uri budaya piyambak….
Seratan panjenengan nderek paring obor dumateng kuncarane budaya Jawi….
(Sae sanget blog niki)
Suradira jayaningrat lebur dening pangastuti
Maturnuwun
HA NA CA RA KA = Hananing Cipto Rasa Karsa
DA TA SA WA LA = Dzat Tan Salah Wahyuning Lampah
PA DHA JA YA NYA = Padang Dalane Jalma Yen Nyumurupana
MA GA BA THA NGA = Marang Gambarane Batara Ngaton
Sorry kalau ada kalimat yg keliru ,soalnya aku dapat pelajaran waktu di sekolah dasar dulu waktu kecil. hi..hi…
wet ada apa ? ada apa ?
bisa kah artikan nama sulastri
assalamualaikum…saya ingin tahu bagaimana caranya untuk saya tahu bahawa saya serasi dendan teman lelaki saya…?????
Terima kasih mbah, sudah lama saya cari ilmu ini mungkin sudah jodoh kali. yang jelas spirit ini hampir punah dalam diri manusia sehingga begini jadinya mungkin he…he…he…
sak meniko kulo nate diparingi perso saking poro sesepuh, aksoro jowo puniko kados e crito.. crito nipun enggih niku..
ho no ca ro ko = wonten prajurit
do to so wolo = perang ngrebutaken sakwijining
po do jo yo nyo = sami-sami kiat lan sakti
mo go bo tho ngo = sedo sedayane
trim’s karena dapat membaca arti tulisan jawa walau belum mengerti dan menjiwai aksara jawa.mohon ma’af bila ada salah tulis dan trim’s atas lmu pengetahuan ini.
mas mbok di buatin kamus untuk buat huruf biasa jadi huruf jawa
sebelum matur suwun.
Yang kembali kepada allah hanyalah orang yang terpilih, yaitu orang yang masih hidup tapi sudah merasakan bagaimana rasanya mati yang lebih jelasnya meraga sukma & sukma itu mampu menembus alam-alam leluhur, Sukma masuk diantara tengah alis disana akan menemukan alam yang bersap-sap sampai tuju sap disanalah Tuhan yang maha esa berada.
kalo bingung hubungi saya
1. ho : hananiro sejati wahaning hayang
: menungso kuwi wujuding GUSTI nanging manungso
: kuwi rakeno ngaku GUSTI
apakah benar seperti apa yang saya ungkapkan….?
sudah kewajiban kita untuk melestarikan budaya jawa,artikel yang sangat bagus sekali untuk kita pelajari,terus berkarya dan semoga bermanfaat bagi kita semua,sejatinya hidup ini adalah belajar…
Kehidupan itu sdh seimbang tanpa hadirnya manusia…
Tapi takkan pernah sempurna tanpa kehadiran manusia itu sendiri…
Makna kehidupan dalam fikiranku adalah seperti sebuah perputaran roda kehidupan yang beranjak dari satu titik dan akhirnya berhenti dan kembali pada titik semula namun dari arah yang berlawanan…
Seperti peradaban manusia yang telah mengawali kehidupan ini pertama kali…
Awal peradaban mereka hidup tanpa mengenal adanya sebuah peraturan dalam menjalani hidup mereka, sampai akhirnya datang sebuah pembelajaran dari Tuhan pencipta mereka, mengenai mana yang benar dan mana yang salah untuk dilakukan, mana pahala dan mana yang dosa, mana yang baik dan mana yang jahat dan seterusnya.., sampai pada akhirnya mereka bisa berfikir untuk hidup dengan aturan dari Tuhan mereka tersebut…
Namun kelak diakhir peradaban manusia yang menjalani kehidupan ini…
Mereka hidup tidak lagi mau mengenal aturan dari Tuhan mereka, meskipun mereka sebenarnya sudah tahu mengenai aturan Tuhan mereka tersebut tetapi mereka mengabaikannya karena mereka hidup tidak lagi dituntun oleh akal fikiran mereka melainkan oleh nafsu mereka…
boleh minta alamat fb nya nggk????
orang hidup mencari apa mbah.sebelum hidup kita dimana.dan setelah mati kita kemana.tolooooooong dikasih informasinya mbah.sugeeh ngak mesti mati mesti. matursuwun.
ojok kakean pikir cung kowe dorong wayahe ngerti sesuk ngerti2 dewe
bapa … kpn bisa ktemu dapat salam dr ibunda aku SURTIKANTI .
Setelah saya baca tulisan bapak, saya mengerti sedikit. Cz saya o’on bgt! ho. . .ho. ..! Dalam kehidupan, kita menjalani sebagai manusia dan menjlankan lakon dari Tuhan!!! Dalam ajaran setiap huruf ha na ca ra ka itu saya lebih setuju dengan argumen bapak versi pertama! untuk selanjutnya saya setuju!!!!!!
alhamdiliah ..meniko ingkang kulo padosi lan ugi ingkang wonten pangangen angen kulo makna di balik ( huruf jowo) huruf jowo di balik kehidupan priyayi jawi……luar biasa meniko
ada falsafah,,katanya huruf jawa kalo di ” pangku ” jadi mati,apa maknanya,,kalo ada yang tahu tolong d kasi info???
Alhamdulillah……
da ta sa wa la….bisa jadi penolak buat orang2 yang selalu menyalahkan majlis lain…
selama ini saya mencari apa yg d maksud ilmu ageman(pegangan hidup)(agama) dan ingin menyelaraskan dgan naluri…..sungguh sulit belajar naluri,karna saya selalu belajar agama…apalagi saya org japon(jawa pontianak)..gx tau jawa halus…dg ini dasar pedoman utk pengetahuan hidup saya bertambah..Alhamdulillah…..
sip
Ass.wr.wb. tulisan & arti yg sngat bagus untuk kehidupan setiap manusia apabila dpt memaknai hakikat dr Honocoroko tsb..trima kasih kpd GUSTI PANGERAN yg mewujudkan tlisan tsb melalui sepuh2 diatas..utk mempostnya..krn dawuh ini yg br sy dptkan..dmna arti smuanya..penciptaan manusia dr awal & akhir sdh diatur trmasuk alam semesta & jagad raya..dmana mencakup..SIRALLAH, DZATALLAH, WUJUDALLAH..SUWUN..
TOP BANGET……………..
menambah wawasan adalah wadah kita untuk menjadi pintar
semua orang menginginkan pengetahuan dan kecerdasan pikiran tapi ga semua orang yang bermalas malasan budaya kita memang harus kita jaga dan kita rawat karena itu mengingatkan kita kepada leluhur kita yang bisa membuat kita bisa saling berhubungan kaya sekarang ini karna kita lahir dari ksatria2 tanah djawa. dan tidak menutup kemungkinan kita adalah keturunan radja. terima kasih atas semuanya. wassalam.
wah, boleh gak, saya blajar lbih bnyak dari panjenengan…?
dulu sh, pengenny nrusin skolah d bhs n sastra jawa, tp brhubung jauh, n saya gak boleh terlalu jauh, malah saya d’perintah tuk k jrusan pend. b. ing oleh ibu saya…
😥
(curhat bentar)
tp saya suka jawa…!!!
fb saya, HAZUKI AURYN, alamtny, sm dg almt e-mail tu, kn…
YakuYaku is seeking ambitious translators to grow its young community. Having a specific field specialty is a big plus for many assignments forイprofessional translation services. Assignments are posted by clients directly and their volume and pricing may vary
and You will be informed when a job matches your specialties.
But that’s not all, To assist you in your work, resources are provided as well as updating links to useful external resources.
If you need help during your work, we will do the impossible to provide you all the help you need on our forum.
Alhamdullilah……ternyata masih banyak yang mengerti falsafah Jawa….smoga tetap terpatri dalam hidup qta….
Cat : coba dibalik baca dari belakang, mulai mo go bo tho ngo….jadi ngo tho bo go mo…..kayanya ada artinya juga….
bagus bgt pak., makasi ya., nambah pengetahuan saya.,
ayo sadulur lan poro kadang kang lahir ing tanah jowobareng2 nyenyuwun marang jawoto kang akaryo djagat. mugo2 Gusti kang moho agung paring pengangayoman karahayon marang kito sami.
Doain saya ya… Saya mau ikut lomba baca aksara jawa moga menang, Amiin…
Ass.Wr.Wb.
Dalam aksara jawa banyak mengandung makna kehidupan yang sangat mendalam…
Sebagai contoh huruf aksara “HA”
HA adalah rangkaian huruf telanjang yang tak memiliki pakaian sehingga diberikan sandangan.
Sehingga huruf HA dapat dibaca menjadi HA-HI-HU-HE-HO
(Huruf vocal)
Dan dalam kesempatan ini saya mencoba memaknai arti huruf “HA-HI-HU’ berdasar persepsi kehidupan saya :
HA bermakna Hananing (Adanya)
HI bermakna Ingsun (Saya)
HU bermakna Hurip (Hidup)
Sehingga rangkaian makna “HA-HI-HU” dapat dimaknai sebagai arti Hananing Ingsun Hurip (Adanya Saya Hidup) yang mana mempunyai tujuan pada masing2 individu dan kedudukan manusia dihadapan Sang Pencipta adalah sama…
“Saya dan Anda, Anda dan Saya adalah sama kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan YME.
Dan jika kita sudah tahu bahwa jika dicubit itu sakit maka jangan mencubit agar kita tidak tersakiti.”
Aksara jawa adalah merupakan Implementasi kebaikan pada manusia yang harus saling dijaga dan menjaga untuk menjalin kerukunan dan kebersamaan….
Makasih….Wass.Wr.Wb.
Orang-orang Jawa perilakunya baik. Kami orang Riau, Palembang dan Padang juga baik. Orang Batak jelek dan jahat.
Mereka kayaknya mau coblos PND (Partai Nasional Demokrat) kalau terbentuk dan lainnya, asal calo-calo di Pulogadung dan lainnya dibabat habis untuk selamanya, dan bukan angat-angat tai ayam. Batak memang perlu dibunuh, kata Aminah.
Baca tuntas ini:
Terminal Pulogadung Dikuasai Calo, Polisi Diam Saja
TEMBILAHAN (RP)- Hati-hati jika anda “pulang kampoang” naik bus dari terminal bus Pulogadung. Anda bisa diperas calo-calo di terminal tersebut. Para penumpang berjanji tidak akan pilih Partai Demokrat, partainya SBY, sebelum calo-calo itu dibersihkan habis dan selamanya dari termilanl tersebut.
“Aku diplorot celanaku dan dipaksa membayar Rp 85.000 lebih mahal dari tiket resmi oleh calo-calo Batak itu,” ujar Sukardi, usia 59 tahun.
Bapak tua itu menuturkan kepada RP di kampung halamannya di Tembilahan, kabupaten Indragiri Hilir, provinsi Riau, setelah pulang dari terminal Pulogadung dari mengunjungi putra pertamanya yang tinggal di Jakarta beberapa hari sebelumnya.
“Saya tidak tahu kalau banyak [calo-calo] Batak disana [di terminal Pulogadung]. Katanya setelah SBY jadi presiden, calo-calo Batak tidak ada lagi. Buktinya masih banyak,” ujar Sukardi.
Aminah, 15, anak perempuan Sukardi, mengisahkan cerita ayahnya. “Calo-calo Batak itu memaksa setiap penumpang membayar Rp 80.000 – Rp 100.000 lebih mahal dibandingkan harga resmi tiket ke Riau. Beda-beda. Ada yang dicatut Rp 50.000, ada yang sampai Rp 150.000. Ayahku mulanya memprotes, calo itu marah lalu … ,” ujar Aminah, sambil menangis tersedu, kasihan pada ayahnya yang dipermalukan di depan umum tanpa salah apa-apa.
“Setelah kami masuk melalui pintu utara terminal, kami didorong-dorong, ditarik-ditarik Batak-batak itu ke loket. Kami tidak berani melawan, kecuali Ayah memprotes tapi dengan mulut. Calo-calo Batak itu banyak sekali. Mereka membuntuti terus kami dari belakang,” ujar Aisah, 18, kakak Aminah, dengan geram.
Beberapa penumpang lainnya dari bus yang tiba di Riau itu mengaku mereka memang dipaksa membayar Rp 50.000 – Rp 150.000 lebih mahal dari harga tiket resminya saat di terminal Pulogadung, dan para penumpang mengiakan peristiwa penelanjangan Sukardi oleh para calo tersebut.
“Betul, kasihan. Orang tua tadi itu memang ditelanjangi calo-calo Batak di Pulogadung. Banyak yang melihat kejadian itu. Dua polisi berseragam, di terminal itu juga melihat dan diam saja,” ujar Tasrip, 50, warga dari sebuah desa di kecamatan Tembilahan.
“Polisi diam karena mendapat bagian. Setiap penumpang dicatut Rp 50.000 – Rp150.000, sebagian duit itu pasti untuk polisi,” ujar Tasrip, dan mengatakan dia dipaksa membayar Rp 90 .000 lebih mahal oleh calo-calo tersebut.
“Mungkin karena Presiden SBY [Susilo Bambang Yudhoyono] tidak tegas, atau mungkin ada pihak-pihak lawannya yang ngrecoki untuk memberi kesan SBY tidak tegas. Harusnya dia [SBY] menindak tegas polisi-polisi korup itu dan memberantas calo-calo itu,” ujar Tasrip.
Joni, 34, penumpang lainnya yang berjualan di Tanah Abang asal kota Riau bersama banyak penumpang lainnya, mengatakan mereka kapok dan tidak akan pulang melalui terminal Pulogadung kalau SBY tidak minindak tegas kepala polisi Pulogadung. “Calo-calo itu harus diberantas habis dan selamanya dan tidak boleh malah dikasih seragam. Itu sama saja melegalkan calo. Polisi-polisi yang membiarkan harus diberhentikan pula,” ujar Joni, kesal.
“Aku diperlakukan kayak binatang, diplorot celanaku. Aku sangat malu dibuatnya. Kurang ajar mereka itu semua. Pemilu yang akan datang aku tidak pilih Partai Demokrat [partainya SBY]. Saya akan pilih PKS,” ujar Sukardi, pak tua yang malang itu. “Saya juga akan pilih partai yang lain,” ujar dua putrinya.
“Saya sejak dulu golput dan akan terus golput, tak ada yang bener, tak ada yang mempedulikan orang-orang kecil seperti kami,” ujar Tasrip. “Saya tidak akan pilih Partai Demokrat, tidak akan pilih PDI-P, tidak akan pilih Gerindra, tidak akan pilih Hanura, tidak semuanya,” ujar Joni, senada dengan Tasrip.
Ketika ditanya partai apakah yang diharapkan bisa mengatasi masalah. “Ada. Nasdem (Nasional Demokrat) kalau organisasi massa itu menjadi partai. Jadi kita akan pilih Partai Nasional Demokrat,” kata Tasrip.
“Kalau aku sudah tak percaya lagi sama partai. Lebih baik mereka membuktikan mampu membersihkan calo-calo itu selamanya baru aku percaya. Surya Paloh [pemimpin Nasdem] pasti juga akan berkoalisi dengan SBY jadi percuma. Lebih baik golput terus,” ujar Joni.
Menurut mereka, ada dua pintu di terminal bus Pulogadung. Pertama, pintu selatan menuju terminal bagian selatan untuk tujuan Jawa Timur dan Madura, dikuasai oleh calo-calo suku Jawa, yang menurut mereka, berperilaku cukup baik, tidak pernah memaksa dan hanya mengarahkan ke loket dan tidak minta uang serupiah pun. Kedua, pintu utara menuju terminal bagian utara untuk tujuan Sumatra, dikuasai calo-calo Batak.
“Jika penumpang tidak sadar lalu masuk dari pintu utara terminal Pulogadung itu, habislah dia, diperas calo-calo Batak itu,” ujar Tasrip.
Jalil, 25, penumpang asal Tembilahan pula, yang bersosok tinggi dan kurus, menambahkan: “Calo-calo Batak itu sengaja dipelihara oleh polisi-polisi terminal Pulogadung. Mereka sudah lama disana. Selalu muncul dari sekitar pintu masuk dan pintu gerbang dan juga di dalam terminal itu. Mereka dibiarkan. Calo-calo Batak itu semakin kurang ajar dan semakin berani kepada penumpang, karena polisi terminal Pulogadung ngeper [tidak berani menertibkan calo-calo itu]. Hari ini tertib, seminggu lagi mereka sudah berada disana lagi,” ujar Jalil. (Denny).
hidup itu indah, jika kita mengisinya dg keindahan…..???”
Saya termasuk salah satu orang yang tertarik sekali lebih memahami untuk belajar Bahasa Jawa. Hingga saya sampai pada situs yang luar biasa ini. Terima kasih sudah memberikan banyak sekali pencerahan makna kehidupan untuk saya…
Salam …
Q wong jowo orep ng tanah jowo…
kalau arti kata HANDAYA apa ya??
Hurup adalah alat dari pengetahuan, pengetahuan = wedha/ widhi karena itu hurup jawa saya sebut AKSARA jawa, a =tidak, dan ksara=brubah, maka
aksara artinya ia yg kekal / tdk berubah
jawa saya sebut JAVA/JAPA= mantram, atao doa,
AKSARA jawa = mantram yg kekal
tulisan jawa adalah simbul, coba perhatikan cara penulisannya yg selalu memenuhi ruang, bandingkan tulisan ta nasional dgn tulisan jawa,
tulisan nasional tdk semua memenuhi ruang, beda kebalik dgn tulisan jawa
tulisan jawa selalu memenuhi kotak yg tersedia, ini artinya ia yg memakai, hidup dalam mental berkelimpahan/berkecukupan, bukan yg serba kurang atao tdk optimal apa yg di sebut angrungkepi dalam filsafat jawa
nah mari kita lihat aksara hidupnya
a ada di tengah, seperti yg di sebutkan dalam Bhagawad Gita
AKU ( Tuhan/Krisna ) adalah aksara A, jarang di tulis
mari kita lihat kata ” SIWA ” artinya dewa lalu ” i ” nya di ganti ” a ” jadi sawa
artinya jasad ( bangkai ) dst nya
dalam ajaran jawa sadalur papat limo pancer jawa di bali kanda pat
maka “A” adalah pancer, dan ” i ” ada di kepala, “U” ada di kaki
dan “e” ada di depan dan “O” ada di belakang
ini bisa di artikan bahwa tubuh ini ( konsonan) atao jasad atao ksetra
atao alat menunaikan kewajiban dan baru berarti hidup, kalao
ada pendukungnya ( Vokal ) sadulur papat limo pancer
dan dalam penulisan aksara jawa selalu mengaktifkan otak kanan otak kiri
coba kaitkan dengan penulisan candra sengkala
misal anka 1400 adalah expresi otak kiri (berorientasi pada detil) sedang “sirna hilang kertaning bumi” expresi otak kanan”.( berorientasi pada hal pokok/garis besar dan berdasar pada imajinasi )
sedang penulisan jaman sekarang selalu tidak seimbang dan menimbulkan stress dan sakit
betapa hebatnya dgn penggambaran “sirna hilang kertaning bumi” anda sudah
bisa membayangkan sejarah majapahit, coba artikan kalo anda lihat
angka 1400 saja, ( nothing )
begitulah para leluhur kita begitu mudah memahami pengetahuan
sehingga hidupun menjadi benar
kalo kita minus pengetahuan gimana hidup benar
mari temukan jati diri leluhur
sip
lho, mas deking tindak pundi, kok mboten ketingal? Wah kulo salut kaliyah pembahasanipun kangmas deking. Melu2 damel blog via hp, nek boten kawratan, kawulo nyuwun ijin badhe copas artikelipun. Mtrnuwun. Wassalam.
Sedoyo leres ,kantun pangertosane piyambak – piyambak
Keanekaragaman adat istiadat, bahasa, agama dan budaya merupakan cikal bakal terbentuknya Nusantara. Namun sayang hal tersebut jarang diwariskan dari generasi ke generasi, mungkin wajar jika bangsa ini diambang batas kehancuran. Bersukur kita masih punya orang2 seperti anda, sebab mungkin kita akan belejar semua itu di negri orang. salut untuk semua orang yg telah dn sangat peduli pada warisan bangsa ini.
aksara jawa thu bkan’ny kisah tentang ajisaka, yang lupa terhadap dua abdi setianya, setelah dia menjadi raja.
sip ; nguri uri kabudayaan jawa
WAH OJO PODO DUMEH. OJO RUMUNGSO BISO, SENG BISO RUMONGSO
kalau semua orang mengetahui makna hidup seperti yang terkandung dalam huruf jawa, akan terasa hidup tenang dan tentram. saling asah, asih dan asuh. tapi karena kehidupan modern ini orang jadi saling bermusuhan.
lebih mantap y bukan di baca aja tpi di pelajari dalm kehidupan sehari hari
Asik….
Sangat suka sekali, dengan adanya situs ini ada harap budanya Jawa tidak sampai punah
hanacaraka : ada utusan. datasawala : yang tidak bisa keluar dari kodrat padajayanya : tetapi dia punya kemampuan merubah. magabathanga : silahkan dipantunkan(batang) dalam hidup. ini makna aksara jawa yang saya dapat dari tetangga saya yang dia cerita dia dapat dari seorang nenek tua di tulungagung. nyessssssss, itulah yang dia rasakan saat itu…………… (bersambung).
salam dari : asyhadia
http://www.huruftimbulsemarang.web.id
lahir di: medan/sumatra utara
bapak: sidoarjo/jawa timur
bunda: tasik/jawa barat
saya di besarkan di cilacap/jawa tengah,
saya membaca seluruh artikel dan koment yang ada,ampe2 ada yang bisa di buat cerpen,bukan coment lagi saking panjangnya.
singkat cerita : penga artian huruf baik itu huruf jawa/hijaiyah/yang lainnya
sebaiknya di simpan masing2.
saya sendiri memiliki pengartian untuk huruf jawa sendiri,inti sama ada sedikit perbedaan kata.
yang penting ” JANGAN PERNAH MELUPAKAN LELUHUR KITA ”
“DANYANG”,”PEPUNDEN” atau dengan bahasa lain.
semoga kita di jaga oleh NYA.
salam
asyahdia
MUANTAAAAAP….
cocok iki mas memang memahami bahasa jawa itu cukup sulit, dan sayangnya budaya yg tinggi itu tidak usahakan untuk diperkenalkan kepada anak cucu dengan benar maka sekarang ini banyak orang jawa yg sudahgak ngerti jawanya jadi yasangat di sayangkan
padahal kalo mau memahami dan di praktikan mungkin keadaan kita tidak seperti saat ini mungkin sudah lebih maju dan banyak bangsa ter kagum-2
mantep kabeh
saya mau tanya, kalo arti/maksud salah satu judul lagu Netral : Cipta Karya Jaya Rasa, apa pakde? apa bisa juga diartikan kedalam huruf Jawa? Mksh…
These are in fact impressive ideas in on the topic of blogging.
You have touched some nice factors here. Any way keep up wrinting.
Precisely how much time did it take you to write “Mengungkap Makna Kehidupan di Balik Huruf Jawa manusia biasa”?
It includes quite a bit of high-quality information.
Appreciate it -Harvey
Everything is very open with a precise explanation
of the issues. It was really informative. Your site is very useful.
Thank you for sharing!
Akan lebih bermakna lagi kalau “Caroko balek”.
Superb goods here on wordpress.com, man. I’m happy you’ve had the opportunity to gather up all this content on
this page, and I’m loving the way you deliver it. You are making it amusing and you still take care to ensure that it stays intelligent. I think I can learn a lot from you. This is really a superb web site.
I am sure this post has touched all the internet viewers, its really
really nice piece of writing on building up new website.
Analisa yang keren dan mistis 🙂
Hi there would you mind letting me know which webhost you’re using? I’ve loaded your blog in 3 completely different internet browsers and I
must say this blog loads a lot quicker then most. Can you suggest a good hosting
provider at a reasonable price? Many thanks, I appreciate it!
Matur nuwun mas …
minyak aja
pencipta aksara jawa oleh siapa mas ceking
apa makna yg ada dlm kata AKSORO JOWO DIPANGKU MATI
kita sadari atau tidak sampai detik ini kita dalam keadaan dibodohi, dijajah dan dicocok hidung kita sama mereka. Kebanggaan kita sebagai orang jawa digerus diruntuhkan ,,,saat ini kita betul-betul kehilangan jati diri serta tidak diberi kesempatan menjadi diri sendiri karena ulah perampok-perampok dan kebodohan kita sendiri.
Untuk itu sodara2ku mari kita belajar untuk lebih cerdas agar sesegerah mungkin kita terbebas dari pasungan pembodohan ini.
Kita Orang JAWA dibuat bangga dg segala bentuk prodak mereka namun disisi lain kita dibutahkan dan dibuat jijik dg punya kita sendiri sungguh kita ini orang paling GOBLOK!!!
saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air, jika aku simak sebagian besar masih dan masih punya kepedulian kepada bangsa dan negara, jadi yang masih berkeinginan untuk rela, narima, jujur, sabar dan berbudi luhur seperti para leluhur kita yang, sekali lagi yang ‘benar-benar LUHUR BUDINYA’, mari kita ngumpul untuk menggali nilai-nilai luhur yang diupayakan demi keluhuran budi bangsa seluruhnya, tidak pandang jawa, sunda , madura, batak , amboina, papua , semuanya saja. bersatu padu demi kejayaan dan keluhuran bangsa. kita tidak mencari sesuatu yang membuat kemerosotan martabat bangsa tetapi berusaha benar-benar mengupayakan kejayaan dan martabat bangsa INDONESIA.
Aku ingin tau arti aksara jawa klo dibaca dari belakang…apakah saudaraku smua ada yg tau
Makna Huruf Hijaiyyah (Kamus Mahmud
Yunus)
1. Alif = Al-Qur’an
2. Ba’ = Peperangan
3. Ta = Binasa (Rugi)
4. Tsa’ = Pemberontakan
5. Jim = Penjara dalam tanah
6. Ha’ = Penjara (Buih)
7. Kho’ = Pembantu (Jin)
8. Dal = Binatang melata
9. Dzal = Keturunan (Yahudi)
10. Ro’ = Riya’ (Pamer)
11. Zah = Berjalan kencang
12. Sin = Anak cucu (Yahudi)
13. Syin = Sebelah kiri (Dajjal)
14. Shot = Padang pasir
15. Dhot = Kabut
16. Tho’ = Bahaya besar
17. Dho’ = Selaput penutup mata
18. ‘Ain = Hamba sahaya (Budak)
19. Ghin = Penipuan jual beli
20. Fa’ = Perkumpulan
21. Qaf = Jelek
22. Kaf = Penyakit hati
23. Lam = Berhenti sebentar
24. Mim = Riwayat yang menyedihkan
25. Nun = Api (Neraka)
26. Wau = Penguburan
27. He’ = Petunjuk
28. Lam Alif & Hamzah = Pemisah (La’)
29. Ya’ = Permata Yakut
Wassalaamu = Dan selamat
Senang sekali membacnya ,dn smg bisa bermanfaat dunia akhirat
apa arti kadyo kabenan seganten madu
Ha– urip
Na– nuring gusti
Ca– cahyaning gusti
Ra–rasaning gusti
Ka–karsaning gusti
Itu kalo dalam hal ajaran tentang jatidiri. Kl tentang asal usul beda maknanya..
Ha na ca ra ka– ada utusan ( kedua orang tua)
Da ta sa wa la– beperang (berhubungan badan)
Pa dha ja ya nya–(sama sama hebat dan sengit)
Ma ga ba tha nga–(sama sama mati/tidur larena kelelahan)
Itu kl tentang sangkanparan.
Dan masih banyak makna yg lain.
Mungkin orang tailand juga blajar tulisan jawa dari jaman majapait ya,, (mirip bngt)
saya sangatt setuju dengan kamu , artikel yang amazing jempol buat kamu gan, situs juga bagus saya lihat moga moga ramaivisitor yaa baru kali ini saya lihat situs rapi itu janga lupa di naikan gan barangnya