Bukan bermaksud untuk mengekor tulisan-tulisan tentang kematian disini, disana, disitu, dll. Bukan pula saya menulis ini untuk meneruskan hobi lama saya dalam membicarakan kematian.
Saya menuliskan kata “Kematian” dalam judul tulisan ini hanya untuk mengajak diri saya sendiri dan juga rekan-rekan (bagi yang mau) untuk sedikit merenung. Dan kali ini saya tidak akan berkata-kata banyak …
Marilah kita …
Merenungkan apa saja yang ingin direnungkan
Merenungkan apa saja yang (memang) perlu direnungkan
Dari foto berikut…
Marilah kita renungkan…
PS:
Gambar saya ambil dari sini
Dan setelah anak itu meninggal, menyusul pula fotografernya beberapa waktu kemudian. Dengan jalan yang berbeda.
Kalo ngga salah, potografer yang moto nya juga bunu diri karna merasa depresi pas di aprika
Pertama saya melihat foto diatas (thn 2004) timbul pertanyaan nurani, itu fotografernya kok bego amat sih, ngeliat org sekarat begitu bukannya ditolongin malah difoto.
saya jadi merenungkan ketidakadilan yang terjadi antara negara kaya dan negara miskin.
Kapan ya… akhir kelaparan dunia?
Yup, that so called globalisation do kills!
itu burung gagak ya?
udah mirip aja ya mas sama anak kecilnya.
jadi inget pas kompre kemaren. neng masukin globalisasi dan kapitalisme dalam salah satu bahasan neng. tapi dosen penguji malah gak setuju kalo dua hal itu berimplikasi negatif pada pemenuhan hak asasi manusia. coba aja belio liat foto ini sekarang, apa gak merinding…
kullu nafsin dzaaiqotul maut…..
bulan puasa ga boleh merenung cewek.. Harommmm ya akhi!!
maksud loe?
hanya bukan seorang manusia yang tetap angkuh ketika melihat foto itu 😦
Tapi apakah foto itu diperjual belikan jga kah?
musim bahas kmatian yak
dimana2 mati
tapi apakah kita dah benar2 siap untuk mati??
jadi inget lagu ethiopia Iwan Fals
ah ngikut-ngikut nulis soal kematian
btw itu fotonya ngenes bener. 😕
*tercenung* 😐
kayaknya saya barusan komen deh. masa ketelen akismet?? 😕
Kalo boleh saya kasih judul pada foto di atas adalah:
gambarnya bikin saya speech less….. 😦
fotonya sering tampil di milist2… 🙂
Walaupun kematian itu pasti .. selalu ada kisah tragis anak manusia ..
*mengheningkan cipta di mulai*
Saya beberapa minggu lalu juga mendapat kiriman email dengan attach file gambar yg serupa…
Tapi dia gak bicara masalah kematian, katanya untuk menyentuh satu sisi di dalam diri kita, karena kbanyakan kita kehilangan sensitivitas itu katanya.
—————–
Ada kematian, ada kelahiran ada pernikahan. Lha kok jadi nyinggung2 pernikahan nih… 😀
Di sini dia bicara kematian, di sana dianya satu lagi berbicara kelahiran [saudaranya], di satu tempat lain barangkali cukup pantas mereka bicara pernikahan.
Saya tunggu postingan berikutnya tentang pernikahan ini. Ayo siapa mo mulai ?
—————–
Di satu sisi saya menyesalkan si fotografer yang malah memotret anak kecil itu sebagai komoditas (jualan?).
Tapi disisi yang lain saya berterima kasih sudah diingatkan melalui foto tersebut.
Ya, begitulah.
^ si photographer sebenernya pengin mengingatkan tentang kematian aja… tapi ya klo dapet duit dari poto itu efek samping 😀
ummhh.. T_T
setidaknya sang potograper mengingatkan kita, bahwa di balik gemerlapnya dunia, masih ada sisi gelap.
ahh… toh saya tak bisa berbuat apa-apa 😦
@matahari cinta : burungnya nama burung pemakan bangkai (burung nazar), menurut film di flora dan fauna, dia tahu kalau anak tersebut sebentar lagi meninggal. Kalau tidak diselamatkan, burung itu akan mencabik-cabik tubuh anak itu dan makan bersama dengan teman-teman yang lain
SiBocah menunggu sakaratul maut..disisi laen siburung menunggu santapan untuk meyambung hidup .
Menyadari masih ada saudara kita yang bernasib seperti itu dan pantaskah kita masih bersikap sombong dengan apa yang kita punya tapi ngk bisa berbuat apa2.
sebaik-baik teman adalah kematian
sedih, geram, dll, banyak perasaan tak menentu waktu mandang tu foto. masih bernyawa dlm sekarat, mahluk lain telah siap menunggu utk menyantap tubuh keringnya. duh…
@regsa
Setuju dgn komennya.
Utk yg suka membuang2 makanan berlebihan, pesta yg terlampau sugita, pandang tuh foto. Pandang !!
udah ah… jadi semakin aneh nih sense ngeliat gambar diatas lagi… 🙂
Foto diatas bikin speechless
Alhamdulillah kita masih sangat harus bersyukur atas apa yang kita miliki
oot: saya pernah iseng tanya ke orang ethopia, bagaimana apakah negri kamu penuh dengan orang kelaparan dan kekurangan, dia malah bilang kondisi negaranya baik² aja (terlepas dari cerita bahwa ada konflik politik). Bahwa yang terekspos kelaparan dan lain sebagainya adalah di desa² yang terpencil. Jawaban yang sama juga dilontarkan teman² dari negara afrika yang lain. Ini hanya satu wacana saja yang menambah pengetahuan.
Yang jelas kita harus bertindak nyata (walau susah aplikasinya)
Ngenes banget… kita harus banyak bersyukur
membicarakan hal kematian ,bukan lah hal tabu .Karena kematian adalah hak kita toek di ketahui karena itu merupakan batasan dari alam dunia menuju alam khubur,seperti hal nya ,(kullu nafsin dzaaiqotul maut…..)semua yang mempunyai napas{anpus } dah pasti mengalami kematian
Yup, Kevin Carter, si fotografer yang mengambil gambar itu, akhirnya mati dengan cara bunuh diri. Dia bunuh diri bukan hanya masalah foto diatas (yg dapat pulitzer), tapi juga karena depresinya menyaksikan begitu banyak kekejaman hidup selama karirnya sebagai fotografer profesional.
Tapi itulah batasan antara profesi fotografer dengan altruism. Sebagai fotografer, bukan tugas dia untuk menolong. Dia hanya mengambil gambar supaya orang lain menyaksikan apa yang di potret. Tapi sebagai manusia seharusnya memang dia menolong korban.
Kisah hidupnya juga kalau nggak salah pernah dibuat film dokumenter (The Death of Kevin Carter, CMIIW) dan sepertinya pernah jadi nominasi oscar (tahun berapa lupa).
Saya jadi ingat video/foto yang pernah dimuat di BBC waktu bencana tsunami di Aceh 2004. Fotografer/kameramen-nya mengambil gambar seorang bapak yang berjalan di bekas reruntuhan tsunami, berlinang air mata, menangis, sambil menggendong anaknya yang telah mati. Videonya sendiri berdurasi 1 menitan.
Itulah kayaknya dilema jurnalisme. Profesi vs Altruism.
lho komenku ketelan aki-ismet ya ?
Hmmmmm……………..*jadi tidak bisa berkata-kata*
semoga Allah mengetuk pintu hati kita
Benar2 sebuah paradoks…
a. Semangat hidup yang menyala, menunggu dengan sabar, seakan telah buat janji dan beri suap kepada malaikat maut…
b. saya g ngerti apa yang sedang dirasakannya, mungkin pusing karena dia pegang kepala (benar-benar g ngerti)??
c. Seorang lain yang seperti juga kita, melihat dengan sudut pandang yang sama, hanya keputusan yang mungkin berbeda…
-Nice Post Bro-
berulang kali liat poto yg sama
masih saja terasa menyakitkan
duh gak bisa berkomentar apa-apa, hanya bisa terdiam
*speechless*
mas danalingga, itu yang ada di leherna si apaan? kaya ada kalung ato rantai segh? wah, kalo itu rantai, ngeri sangadh dunk yang ngasi rante ke tuh anak…
Gak nyampe otak saya mempertanyakan yang beginian. Tragis, ironis…. atau hal beginian memang bukan untuk dipertanyakan? Karena jelas Tuhan sendiri tak akan menimpakan azab jika tanpa sebab. Lalu, dari sudut pandang mana kita harus mempertanyakan? Sedang Tuhan sendiri ada disana sedang menyaksikan.
*tereak-tereak lewad corong*
SAHUURRRR….SAHURRRRR………….
.
.
SAHURRR…SAHURRR……….
*nabok-nabok kenthongan sambil kliling blogosphere*
@ALL:
Mungkin benar kalau apa yang dilakukan sang fotografer itu terlihat tidak benar dan tidak bermoral-berperasaan karena tega2nya memfoto sang anak yang sedang menunggu ajal.
Tapi…
Menurut saya pribadi apa yang dilakukan oleh fotografer tsb bisa juga disebut sebagai suatu tindakan yang benar. Kenapa?
Ya karena dengan adanya foto itu maka kita semua di berbagai belahan bumi ini
seharusnyamenjadi sadar akan nasib sebagian saudara kita di berbagai belahan bumi ini. Masihkah kita bisa berfoya-foya dan menghambur2kan apa yang kita miliki? Ingatlah kalau sebenarnya harta yang kita memiliki itu tidak hanya memiliki nilai ekonomi, tetapi yang lebih penting adalah dalam harta kita terkandung nilai sosial.Selain itu tindakan bunuh diri yang dilakukan oleh sang fotografer merupakan suatu bentuk kebermoralan dan keberperasaan dia (tentu saja terlepas dari nilai dari tindakan bunuh diri yang dianggap berdosa).
Cukup segitukah?
Tidak…
Kita juga bisa belajar dari sang burung pemakan bangkai itu.
Sang burung itu juga “masih berperasaan” karena dia tidak memangsa sang anak kecil saat itu juga. Burung tsb “tetap menghormati hak” (hidup) sang anak kecil.
Jika burung saja masih “menghormati” hak makhluk lain, kenapa kita tidak mau dan mampu melakukan hal tsb?
PS:
Menghormati untuk burung pakai tanda kutip ya karena tentu saja definisi “hormat” dalam konteks burung berbeda dengan hormat dalam konteks ke-manusia-an.
ya mari kita merenung…..
merenung dipersilakan ……
jangan brisik !!!
Merenung berarti bukan melamunkan?…
kadang kita merasa serba ada,..cukup dan tidak kekurangan
karena kecukupan kita itu, kita tidak pernah memikirkan makluk lain yang membutuhkan apa yang telah kita miliki itu…..mungkin kita jadi manusia terlalu egois….
mati adalah suastu keharusan cuman berbeda dalam prosesnya tergantung dari karma dan kerelaan kita meninggalkan dunia
setuju bro, aku tidak mau dikatakan sok idealis dan sok humanis
emang manis sihtapi aku benar-benar sangat membenci fotografer yang hanya mengejar pulitzer atau nama besar ketika di depan matanya ada calon korban kekejaman dunia
sama seperti sebagian orang-orang yang mungkin kerja di organisasi humanitarian yang berkoar-koar tentang kemanusiaan, padahal di lain tempat mereka pura-pura tutup mata ketika ada korban tabrakan di depan kendaraan mereka yang mewah
sama dengan CY, aku lihat gambarnya sekitar tahun 2004, aku juga masih punya koleksi gambar lainnya yang berhubungan 😥
………….
sayah masi takut mati.. *jujur…*
*nangis tersedu sedu…
anak sapa sech…kok dibiarin ampe item kyk gitu?
tp itu bukan anak saya lhock ck ck…. 😦
binatang dan manusia dah begitu similar …
Yang expert dengan Matematika paling nyentuh bicara mati. Bidangnya saja matematika… ada dua penggalan kata mati di di situ… (Mati)(mati)ka…… so, burung gagak dan bocah yang mau mati dua gambaran tentang matematika.. Loh kok jadi OOT seh komenku gara2 jarang komen di tempat orang kali kang… 🙂
ada kisah lanjutannya lho….
burung itu (vulture) nggak memakan si anak karena si anak masih hidup (masih bergerak-gerak). tapi setelah si anak mati kelaparan, si burung akhirnya melaksanakan tugasnya juga….
*dan memang menurut kisahnya, anak tersebut akhirnya mati*
speechless…
deking, saya pernah dikirimin foto2 yg lebih mengerikan dari ini. kapan2 saya forward ke kamu kalo mau.
merenung sambil menunggu buka puasa 😀
ah damn jadi kepikiran terus
waduh, setelah sekian lama tidak melihat gambar ini, akhirnya melihat lagi…
apa dunia ini sudah terlalu kejam sehingga membiarkan hal seperti ini???
saya pkir perlu merenung atas foto itu. karena dari merenung itulah bisa muncul kesadaran bahwa tidak ada yang perlu direnungi dari kehidupan.
hidup v.s hidup
mati v.s mati
jadi kehidupan harus direnungi dengan tindakan nyata. sebab dari tndakan nyata itulah muncul sebuah renungan dan kita ga bisa menjalankan renungan abstrak karena membutuhkan kemampuan super untuk memahami keabstrakkan itu. bila kita merenungi yang abstrak, paling2 akan kembali kepada realita duniawi, dan kemudian berandai2 (jeleknya ini bertendensi ke arah pemutarbalikkan fakta yang melawan hukum alam)
sedang, kematian direnungi dengan makna abstrak. sebab kematian merupakan renungan abstrak bagi kita yang masih hidup dan nyata bagi mereka yang sudah memasuki tahap itu.
kita merenungkan kenyataan bahwa dia menderita (kalau misalnya foto yg dilihat adalah foto anak itu yg masih hidup)
dan sebaliknya kita patut merenungkan abstraksi dari kebahagian Illahi yang diterima anak itu selepas meninggalkan siksa segala keduniawian dan keterbatasan bagi dia dan kita yg hidup di dunia.
ternyata yg ada di Indonesia tuh masih ga ada apa2nya ya dibandng di tempat lain? haduh, buat orang2 pinter;ayo dong lakukan revolusi! bung karno yang masih tradisionil bgt aja bisa, masa manusia sekarang yang udah modern gak bisa!!?? -kematian=pintu gerbang kemerdekaan-
cihhhuy!!
giliran g ada rumus, saya g bisa liat gambarnya..dasar apes…
Ehm… akibat keserakahan manusia juga kan mas?
@ fertob
Dan mengakhirinya dengan cara yang kejam juga bagi dirinya sendiri.
Aku pernah liat potret ini… menyedihkan memang.
Betewe, rasa bersalahnya dia karena *konon* tidak menolong bocah itu juga salah satu faktor ia bunuh diri, ya? 😕
Oh iya, kalo dibandingkan dengan biksu yang membakar diri sebagai aksi protes ini, apa sama memiriskan dengan si fotografer kah? 😐
Pemenang Pulitzer itu pasti orang yang tidak beragama.
Karena untuk orang di Indonesia, ini bukan berita yang aneh, ini tidak luar biasa, ini biasa saja. Bukankah banyak di sini juga yang kelaparan, yang makan hanya dengan tiwul. Di seantero Indonesia. Juga yang tinggalnya di tepi belakang gedung-gedung tinggi, di sebelah sungai, di sebelah jalan kereta api. Di sini juga, di negeri ini puluhan orang bisa mati tertimbun sampah.
Di sini jalan kematian juga beragam.
Dan di sini ada sedikit bedanya.
Burung gagaknya berdasi….
Duh Gusti, hati ini kok susah tersentuh oleh derita. Apakah telah Engkau sembunyikan hati nurani kami ini. Ataukah telah Engkau hilangkan?
astaghfirullaah….
gimana ya dengan paparazzi yang merekam hembusan nafas terakhir lady diana dan Dody al Fayed? bunuh diri nggak mereka? 😛
@ agor
Ughhh! Nice quote. Straight to the point! 😉
akhirnya anaknya ga mati deh..
malah fotografernya yang bunuh diri karena merasa bersalah..
Assalamualaikum wr wb
Kematian bukanlah bencana, kematian cuma suatu proses perjalanan manusia untuk menuju ALAM-ALAM berikutnya, kematian cuma Gerbang menuju Alam yg justru lebih baik.\
di ALAM berikut nya siapa yg tau, bahkan mungkin anak itu mendapat tempat yg lebih layak dari pada kita yang masih hidup di dunia ini.
Maut itu pasti datangnya. Maut juga bukan dosa. Akan tetapi, kejadian sebelum maut itu datang yang akan dihisab. Apabila Sampeyan semua masih takut mati, sebaiknya perbanyak amal ibadah.
salam.
bukan yang pertama kalinya melihat gambar ini,…
namun tetap saja, mulut ini membisu
Bayangin kalo yang difoto itu kita….
atau yang moto kita…..
atau bahkan yang nunggu kita…
kematian itu pasti datang…
kyk pernah liat gambarnya tuh
kok tega yo….dah tau gitu masih dijadiin sebagai onjek. tapi aku merasa trenyuh juga kok mas
Lam kenal,
Terenyyuh, menyedihkan, menyentuh rasa….
Burung pemakan daging itu menunggu
Anak kecil itu pun menunggu akhir deritanya
Kita yang berikutnya dengan cara yang berbeda, maut akan menjemput kita, malaikat tinggal menunggu perintahNya.
Lalu kita menunggu kembali pengadilan kemudian hari.
Kematian, satu hal yang pasti datang, hanya kapan dan bagaimana caranya yang menjadi misteri besarnya. So jangan ucapkan “aku belum siap” karna itu ga membantu sama sekali..
… … …
mari kita suarakan teriakan perubahan di BlogActionDay
halah, promosikatanya yang ngambil itu pic akhirnya bunuh diri karena depresi ya ? bener gak sih ?
om deking kemana sih?
Setuju…. Harus Ingat Mati…
ntar kalo BUMN-BUMN di Indonesia terus2an diprivatisasi, bisa-bisa banyak orang indonesia seperti itu lho..
Mas, kok gak biasanya jeda psting lama? Lagi sibukkah? Atau lagi konsen dapatin malam seribu bulan? He…
[…] penting itu adalah bahwa setiap manusia akan memasuki GERBANG, gerbang yang bernama Kematian, MATI, ya… MATI, Meninggal…, suatu proses untuk menuju alam alam berikutnya, ALAM […]
kasian anaknya…
heheheh iya tuh. amat tragis ;)) ,tapi apalah daya kita niez semua itu tlah di gariskan dalam kehidupannya,mungkin nasib anak itu harus menerima takdir yang begitu tragis di mata kita
ya allah..
bantulah dia, kuatkan hatinya!
pemandangan ini begitu amat menyedihkan….. sayang kita tak ada disamping nya tuk menolong dan membantu
jangan lupa bro !!!
kalau kaya jangan jadi sombong ….. !!!
;))
dah dua kali aku berduka dengan kematian.dimana pertama kalinya suami aku meninggal ketika masih segar. dan lama kemudiannya, kawan istimewa aku pula meninggal pula dimana tidak sadar harinya.hancur luluh hatiku.hanya Allah saja yang tahu bertapa besar ujianNYA.
itu lah kehidupan
sebuah kematian yang telah kita saksikan,kita lihat hendaknya membuat kita makin benar benar menghayati arti hidup sebenarnya….
Ya Allah… berikan saya kematian dengan cara yang tidak menyakitkan..